"Soal rokok itu bisa di-cross check, rokok mana yang waktu dihidupkannya bersamaan dengan perkiraan waktu kematian korban sekitar pukul 2.00 WIB," ucap Anjas.
Anjas pun sepakat dengan Adrianus Meliala dan Sumy Hastry yang menyatakan bahwa tidak ada kejahatan yang sempurna. Seberapa baik persiapan dan perencanaannya, pasti ada sesuatu yang tertinggal.
Anjas juga sependapat dengan pernyataan Adrianus bahwa kejahatan tidak pernah mengikuti logika.
Menurut Anjas, sejak awal kasus ini muncul, publik sudah disuguhi drama di keluarga inti. Lalu, motif pembunuhan yang tadinya diduga ada permasalahan domestik, tetapi alat bukti tidak menunjukkan ke situ.
Selanjutnya, Adrianus Meliala juga mempertanyakan soal motif jenazah korban, yaitu Tuti Suhartini (55), dan anaknya, Amalia Mustika Ratu (23) alias Amel, yang dimasukkan ke dalam bagasi mobil Toyota Alphard.
"Apakah benar mereka mau dibuang atau hanya sebagai framing dari para pelaku untuk menghubungkan dengan permasalahan internal keluarga," kata Anjas.
Adrianus juga menyoroti kinerja tim kepolisian, terutama adanya kemungkinan anggota polisi yang tidak terlatih menangani kasus pembunuhan.
"Nggak tahu apakah ini pure karena kompetensi yang kurang baik ataukah ada dugaan oknum yang bermain di sini. Kita ketahui juga, waktu 48 jam adalah waktu krusial untuk pengumpulan barang bukti yang akan merujuk kepada alat bukti yang nanti menentukan siapakah tersangkanya," tutur Anjas.
Sekilas info saksi dan korban kasus Subang