DESKJABAR - Rekonstruksi tabrakan Nagreg yang menewaskan dua sejoli Handi (16) dan Salsabila (14) telah dilakukan kemarin, Senin 3 Januari 2022.
Rekonstruksi kasus tabrak lari di Nagreg yang melibatkan tiga oknum TNI AD itu kemudian dilanjutkan di jembatan Sungai Tajum yang menghubungkan Banyumas-Cilacap, tepatnya di Desa Menganti, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.
Sebab di kedua jembatan itulah ketiga oknum TNI AD itu membuang korban tabrak lari di Nagreg, Hadi dan Salsabila.
Panglima Jenderal TNI Andika Perkasa sendiri menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap ketiga oknum TNI pada kasus tabrak lari di Nagreg tersebut.
Dan Jenderal Andika Perkasa menyebutkan, Kolonel P yang kemudian diketetahui bernama Priyanto, bertindak sebagai inisiator pada peristiwa tabrak lari di Nagreg, termasuk pada pasal pembunuhan berencana.
Menanggapi kasus tabrak lari di Nagreg ini, Pakar Kriminolog yang juga mendalami Psikologi Kriminal, Prof. Adrianus Meliala mengatakan, ada 2 motif yang diduga kuat membuat Kolonel Priyanto melalukan tindak kriminal pada kasus tabrak lari di Nagreg tersebut.
“Untuk kasus ini, sepenuhnya masalah psikologis ya. Bukan dalam arti gangguan jiwa, tapi pada keadaan emosi yang membuat seseorang melakukan tindak kriminal. Kalau dikatakan, dia kolonel dan harusnya dia tenang, ini malah kebalik. Karena apa? Karena dia ini kan kolonel yang memiliki karir cukup baik. Yang artinya, tinggal nunggu waktu untuk mendapat jabatan yang lebih tinggi atau dalam bahasa tentara dapat bintang atau pecah bintang,” kata Adrianus yang dihubungi Deskjabar, Selasa 4 Januari 2022.
Oleh karena itu, lanjut dia, tersangka Kolonel Priyanto ini tentu berharap bahwa proses menuju pecah bintang itu berjalan mulus dan jangan sampai ada yang mengganggu.
Tapi dengan adanya kasus tabrak lari di Nagreg yang menewaskan dua sejoli itu tentu akan mengganggu karir sang Kolonel TNI tersebut.
“Kejadian tersebut dianggapnya sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses pecah bintangnya. Maka kemudian dia mengambil langkah pendek tersebut. Itu dugaan motif yang pertama.” ujar pria yang mendapat Master Psikologi Kriminal dari The Manchester Metropolitan University tersebut menjelaskan.