Kurangnya edukasi seks menyebabkan pelecehan secara verbal paling umum terjadi dan akhirnya dianggap hal yang lumrah.
Erlin menyatakan bahwa pendidikan seks seharusnya bisa menjadi investasi jangka panjang bagi anak.
Seiring pertumbuhan seorang anak, kesadaran penuh untuk memproteksi dirinya juga akan terus menjaganya.
Anak akan cepat tanggap saat ada orang lain yang mencoba melakukan sesuatu, mulai dari berteriak, melaporkan, dan sebagainya.
Anak juga diharapkan tidak akan mudah dibujuk rayu, diiming-imingi uang atau barang, atau diam saat diancam.
"Harus dimulai dari keluarga. Pola asuh, bimbingan, dan pembinaan jadi modal utama anak untuk bisa memproteksi dirinya saat di luar lingkungan keluarga," ujar Erlin.
Berdasarkan temuan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pelaku kejahatan seksual dan kekerasan anak mengarah pada 3 sumber utama.
Mulai dari pihak dari keluarga terdekat, lingkungan bermain, dan lingkungan sekolah.
"Oknum guru melakukannya, tetangga, bahkan dari pihak keluarga korban pun demikian. Harusnya menjadi perhatian bersama, apalagi sejak 2015 sudah dinyatakan darurat kekerasan terhadap anak," ujar Erlin.