KASUS SUBANG 100 Persen Bakal Terungkap, Ahli Forensik Tanggapi Isu Banpol Hingga Pembunuh Psikopat

1 Mei 2022, 08:37 WIB
Ilustrasi rumah TKP kasus Subang. Netizen pernah bertanya kepada Sumy Hastry mengenai dugaan ada indikasi oknum Banpol untuk menghilangkan bukti dan pembunuh adalah psikopat. /Dok Desk Jabar/

DESKJABAR - Sehari menjelang Idul Fitri 2022, kasus pembunuhan ibu dan anak yang menewaskan Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, masih belum terungkap.

Memasuki 9 bulan penyelidikan kasusnya, hari ini, Minggu, 1 Mei 2022, belum ada satu pun yang ditetapkan sebagai tersangka pelaku pembunuh.

Untuk menuntaskan kasus Subang, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo mengungkapkan bahwa tim penyidik Polda Jabar hingga pekan lalu sudah memeriksa 121 saksi, 216 barang bukti, dan 10 kali olah TKP.

Baca Juga: FAKTA TERUNGKAP Kasus Subang, Sumy Hastry Lakukan 2 Hal Ini Saat Autopsi Kedua, Ada yang Belum Diperiksa?

Berdasarkan catatan DeskJabar.com, selama ini, tim penyidik sudah bekerja sama dengan sejumlah ahli. Termasuk di antaranya, ahli forensik Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti.

Meskipun penyidikan kasus Subang sudah berlangsung lama, dr Sumy Hastry tetap berkeyakinan, kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang bakal terungkap.

"Saya yakin 100 persen terungkap. Cuma butuh waktu," ujar dr Sumy Hastry.

Keyakinan dr Sumy Hastry tersebut muncul dalam acara Forensic Talk ke-13 yang dipandu Prof Drs Adrianus Meliala, MSi, MSc, PhD, yang diunggah di akun resmi Pusat Forensik Terintegrasi UI, @pusatforensikui, pada Minggu, 7 November 2021.

Sumy Hastry juga menegaskan bahwa dalam kasus kejahatan, tim penyidik tidak butuh pengakuan tersangka pelaku, jika ahli forensik punya data DNA.

"Minded-nya ke DNA, biar ada pertanggungjawaban secara ilmiah. Data DNA saintifik banget dan tidak bisa sembarangan," ujarnya.

Keterlibatan Sumy Hastry dalam kasus Subang adalah pada saat melakukan autopsi ulang atau autopsi kedua terhadap jenazah korban, yaitu Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu alias Amel.

Baca Juga: INFO TERKINI Kasus Pembunuhan Subang, Achmad Taufan Tegaskan Danu Bukan Berbohong, Tetapi... 

Meskipun tidak menyebutkan jumlah luka di tubuh korban, Sumy Hastry memastikan ada luka yang mematikan pada korban.

Soal autopsi kedua kalinya, Sumy Hastry menjelaskan bahwa itu bukan berarti autopsi yang pertama kesannya tidak benar.

Sumy Hastry setelah membaca hasil visum autopsi pertama menilai keterangannya kurang lengkap. Akhirnya ia pun melakukan autopsi kedua.

"Untuk semakin terbuka kasusnya, dari how, when, why, itu biar jelas, ya kita periksa lagi. Ternyata memang ada yang belum diperiksa," tutur Sumy Hastry.

Sumy Hastry melakukan autopsi kedua pada 2 Oktober 2021, berjarak 1 bulan 15 hari sejak kejadian, dan ke TKP mengambil data yang dirasa kurang.

"Harusnya memang tidak ada autopsi kedua di kedokteran forensik. Tapi kalau memang dianggap perlu ya kita periksa lagi. Karena memang periksa jenazah itu kayak mudah tetapi sebenarnya sulit," kata Sumy Hastry.

Meskipun tidak menyebutkan detail hasil autopsi kedua, Sumy Hastry mengungkapkan bahwa dari hasil autopsi kedua, ia melakukan dua hal, yaitu:

1. Mengoreksi waktu kematian korban.

2. Menambah keterangan.

Baca Juga: INFO TERKINI Kasus Subang, Misteri Anjing Pelacak Gonggong dan Gigit Danu, Polisi Sudah Punya Jawaban

Menurut Sumy Hastry, waktu kematian dari hasil autopsi pertama tidak salah, tetapi hasil autopsi kedua 'mengecilkan lagi' waktu kematian.

Sedangkan cara kematian, mekanisme kematian, dan sebab kematian, sama dengan hasil autopsi pertama.

Isu Banpol dan psikopat 

Pada kesempatan tanya jawab, seorang netizen bertanya kepada Sumy Hastry mengenai dugaan ada indikasi oknum Banpol untuk menghilangkan bukti.

"Oh itu saya nggak bisa jawab. Itu ranahnya penyidik," kata Sumy Hastry menjelaskan.

Sumy Hastry pun menekankan bila ada kasus-kasus kejahatan, masyarakat harus membantu polisi. Caranya dengan tidak masuk ke TKP apapun alasannya.

"Walaupun kamu keluarganya. Tidak setiap tempat atau kejadian, lapor polisi, polisi cepat datang. Yang dekat-dekat ini membantu untuk mengamankan TKP. Dari situ kita bisa lihat alibinya mereka bagaimana," tutur Sumy Hastry.

Netizen lain bertanya kepada Sumy Hastry, apa mungkin pelaku pembunuh kasus Subang adalah psikopat.

Menanggapi pertanyaan itu, dr Sumy Hastry mengatakan, mungkin.

Baca Juga: INFO TERLUPAKAN Kasus Subang, Misteri Raibnya 3 HP Amel, Terkait Data Penting atau Foto Wajah Terduga Pelaku?

Berdasarkan penjelasan Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikopat adalah orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yang menyimpang sehingga mengalami kesulitan dalam pergaulan.

Oleh karena itu, menurut Sumy Hastry, dalam kasus Subang, perlu ada psikolog untuk mengetahui apakah memang saksi berbohong, mengarang, atau memang terlibat.

Selain itu, dibutuhkan pula psikiater forensik untuk memprofil pelaku dari luka-luka korban.

"Oh luka ini sangat mematikan. Sekali tebas, sekali ayun. Berarti dia sadis," kata Sumy Hastry.

Sumy Hastry menjelaskan, jika ada luka di kepala atau wajah korban, berarti pelaku benci sekali terhadap korban.

"Tidak ada tedeng aling-aling atau keraguan. Sudah ter-mind set di kepala pelaku, ini korban harus mati. Itu dari luka-luka," tutur Sumy Hastry.

Sumy Hastry pun menekankan bila ada kasus-kasus kejahatan, masyarakat harus membantu polisi. Caranya dengan tidak masuk ke TKP apapun alasannya.

Baca Juga: Kasus Subang Terupdate, Kombes Pol Ibrahim Tompo Tanggapi Soal Banpol, Danu Gemetaran dan Panas Dingin

"Walaupun kamu keluarganya. Tidak setiap tempat atau kejadian, lapor polisi, polisi cepat datang. Yang dekat-dekat ini membantu untuk mengamankan TKP. Dari situ kita bisa lihat alibinya mereka bagaimana," tutur Sumy Hastry.

Seperti harapan masyarakat, Sumy Hastry pun berharap kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang segera terungkap.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Instagram @pusatforensikui

Tags

Terkini

Terpopuler