Misteri Candi Cangkuang dan Kampung Pulo Garut: Tidak Boleh Bangun Rumah, Tabuh Gong dan Pelihara Hewan Besar

- 22 Juli 2021, 14:31 WIB
Candi Cangkuang di Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat.
Candi Cangkuang di Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat. /Disparbud Jabar/

Atas dasar  buku tersebut Uka Tjandrasasmita dan tim peneliti Prof. Harsoyo mulai melakukan pencarian yang dimulai tanggal 9 Desember 1966. Benar saja, di Kampung Pulo terdapat Candi yang sudah rusak dan tidak jauh dari situ terdapat makam, yang berdasarkan cerita turun temurun warga setempat merupakan makam Arief Muhammad leluhur dari penduduk sekitar.

Setelah itu kemudian ditemukan beberapa benda yang diperkirakan berasal dari zaman megalitikum, antara lain serpihan pisau dan beberapa batu-batu besar. Nama Cangkuang sendiri merupakan sebuah nama desa tempat ditemukanya Candi tersebut. Nama Cangkuang diambil dari sebuah nama pohon sejenis pandan (Pandanus fircatus), yaitu pohon cangkuang/mendong yang banyak tumbuh di daerah ini yang biasanya digunakan untuk membuat tikar.

Baca Juga: Terowongan Wihelmina, Dibangun di Tempat Angker dan Penuh Aroma Misteri, Banyak Pekerja Sakit Mendadak

Hasil penelitian Uka Tjandrasasmita menyebutkan, Candi Cangkuang diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi, hampir bersamaan dengan sejarah candi Sewu di Klaten dan Candi Jiwa. Candi ini merupkan salah satu candi peninggalan agama Hindu Syiwa. Candi ini tidak memiliki relief di bagian dindingnya. 

Menurut Uka, Candi ini juga diyakini sebagai penghubung sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia pada masa lalu. Dimana sebelumnya juga ditemukan beberapa candi Hindu yang memiliki arsitektur bangunan seperti Candi Cangkuang, yakni Candi Dieng di Wonosobo, dan Candi Gedong Songo di Bandungan Semarang.

Tahun 1967 hingga 1968 para peneliti menemukan sebuah fondasi dengan ukuran 4,5 meter persegi dan di sekitarnya terdapat beberapa bebatuan yang berserakan. Batu-batu yang berada di sekitar makam ini semula biasa digunakan penduduk sekitar sebagai batu nisan bagi orang yang telah meninggal.

Pada tahun 1974 hingga 1976 dilakukan penggalian, dan rekonstruksi secara menyeluruh. Karena penemuan awal candi ini masih tertimbun tanah, maka dilakukan penggalian besar-besaran untuk mengumpulkan reruntuhan yang kemudian diteliti. Dari hasil penelitian tersebut, dilakukan penataan dan rekonstruksi kembali Candi Cangkuang sehingga menjadi candi yang utuh dan sempurna.

Rakit dengan latar belakang Kampung Pulo yang berada di tengah danau atau situ Cangkuang.
Rakit dengan latar belakang Kampung Pulo yang berada di tengah danau atau situ Cangkuang.
Karena ratusan tahun rata dengan tanah, proses  rekonstruksi bebatuan asli dari bangunan ini hanya ditemukan sekitar 40 % dari keseluruhanya. Sisanya dibuat konstruksi bahan penyusun yang menyerupai dari bahan awal candi ini, mulai dari kaki candi, atap candi, dinding candi dan sebuah patung Dewa Syiwa. Pemugaran candi ini selesai dan diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976.

Sejak selesai dipugar pada 1978, Candi Cangkuang sekarang sudah bisa dinikmati wisatawan. Candi ini berdiri diatas fondasi yang memiliki ukuran sebesar 4.5 meter persegi dengan tinggi fondasi 30 sentimeter. Kaki Candi yang menyokong memiliki tinggi 1.37 meter, dan memiliki luas 4,5 meter persegi. Di bagian timur Candi Cangkuang terdapat ruang penampil yang lebih menjorok dibandingkan bagain tubuh candi yang lain, dan juga terdapat tangga dengan lebar 1,26 meter dan panjang 1.5 meter.

Rute ke Candi Cangkuang

Saat ini, untuk  menuju lokasi Candi Cangkuan tidaklah sulit. Bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. 

Halaman:

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Beragam Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x