Wartawan Disudutkan, 1 Keluarga Diturunkan di Jalan dari Bus Tim Kampanye Prabowo Gibran: Duit Rp50 Ribu!

- 10 Februari 2024, 08:59 WIB
Bus yang mengangkut penumpang tim relawan Prabowo Gibran dari Sumedang berangkat menghadiri acara konser bertajuk selangkah menuju kemenangan yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat, 9 Februari 2024.
Bus yang mengangkut penumpang tim relawan Prabowo Gibran dari Sumedang berangkat menghadiri acara konser bertajuk selangkah menuju kemenangan yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat, 9 Februari 2024. /deskjabar/Rio Kuswandi/

DESKJABAR - Peristiwa mengecewakan dan merendahkan profesi wartawan dilakukan salahsatu koordinator peserta  pada saat jelang pemberangkatan bus tim kampanye capres cawapres nomor urut 2, Prabowo-Gibran Sumedang, Jumat, 9 Februari 2024.

Bahkan yang lebih parah dan tidak manusiawi, panitia menurunkan beberapa penumpang bus yang tergabung dalam satu keluarga itu di tengah-tengah perjalanan, tepatnya di daerah Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Baca Juga: CATAT!, Loket Penjualan Tiket Kereta Api Lebaran 2024 Dibuka Sepekan Lagi, Simak Jadwal Lengkap Pembeliannya

7 jiwa yang terdiri dari 3 dewasa, 2 remaja dan 2 anak, harus turun di tengah keceriaan mereka menaiki bus pada moment kampanye tim Prabowo-Gibran Sumedang itu.

Panitia memberikan uang Rp50 Ribu (untuk 7 jiwa) sebagai ganti rugi untuk ongkos pulang. Karena dipaksa untuk turun meskipun sebelumnya pernah memohon, mau tidak mau mereka kembali pulang dengan lemas, sakit hati dan penuh sesak karena diturunkan di tengah jalan. Malu bukan main didepan umum disuruh turun.

Kronologi

Sedianya pada Jumat, 9 Februari 2024, Relawan Posko Pemilih Prabowo-Gibran atau Kopi Pagi, menggelar konser bertajuk selangkah menuju kemenangan yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Untuk diketahui, relawan ini adalah binaan dari politisi Partai Golkar, Agus Gumiwang Kartasasmita.

Relawan yang hadir dari beberapa daerah, antara lain dari Cianjur, Bandung Barat, Cimahi, Majalengka, Subang, Garut, Indramayu, Kota Bandung, Kota Tasik, Kota Cirebon, Kabupaten Bandung termasuk dari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Jumat pagi, terpantau 3 bus terparkir di Alun-alun Tegalkalong, Sumedang, Jawa Barat, jelang pemberangkatan sekitar pukul 07.00 WIB pagi tadi.

Satu bus tidak diketahui plat nomor dan nama rombongannya, coraknya warna warni. Kemudian, 2 bus lagi sama-sama berwarna hitam polet kuning.

Pertama, Nopol D 7878 NN dengan nomor rombongan 430 dengan koordinator rombongan atas nama Wina.

Kemudian, bus kedua Nopol D 7543 YU nomor rombongan 437 dengan koordintor rombongan atas nama Neng Widi.

Para relawan peserta kampanye satu persatu menaiki busnya. Satu keluarga yang terdiri dari 7 orang itu menaiki bus hitam Nopol D 7543 YU.

Saya mencoba menyambangi bus tersebut mengingat ada istri yang ada di bus itu sembari mengantarkan perlengkapan yang tertinggal.

Saya sendiri masuk dan menyerahkan sejumlah barang. Pada saat itu panitia sedang mengabsen satu persatu peserta. Terdengar jika masih ada 2 kursi yang masih kosong.

Maka dari itu saya mencoba bertanya. "Apakah ada kursi yang masih kosong?," tanya saya, Jumat, 9 Februari 2024.

Namun ternyata dijawab tidak ada. "Tidak ada, penuh," jawab koordinator yang mengaku bernama Neng itu. Padahal, terdengar jelas mereka berkata jika masih ada 2 kursi yang masih kosong.

Baca Juga: UPDATE Harga Emas Antam dan UBS di Pegadaian Hari Ini Sabtu 10 Februari 2024, Masih Fluktuatif

"Ibu itu namanya Neng kan?," tanya saya.

"Ya, betul saya," jawab dia.

Akhirnya, saya mencoba memperkenalkan diri dengan sebaik-baiknya dan memberitahu jika ada istri di dalam bus yang ikut.

Saya juga meminta izin kepada panitia, sebagai masyarakat yang membersamai istri, juga sebagai wartawan yang akan membantu meliput dalam kemeriahan kampanye atau 'hajatan' relawan Posko Pemilih Prabowo-Gibran atau Kopi Pagi yang menggelar konser bertajuk selangkah menuju kemenangan di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat, 9 Februari 2024

"Bu, keluarga saya ada di dalam termasuk istri saya. Saya sebagai warga, kebetulan saya juga wartawan, maksud saya biar bantu liput kemeriahan pemberangkatan dan termasuk kemeriahan kegiatan disana (di Jalak Harupat)," ujar saya berkata kepada koordinator rombongan bernama Neng itu, Jumat, 9 Februari 2024.

Sontak, koordinator atas nama Neng itu seperti keberatan hingga akhirnya menolak. "Aduh, gimana ya? Kayaknya enggak bisa," jelas dia.

Seperti Ada yang Ditutupi

Saya melihat seperti ada yang ditutup-tutupi dalam memberikan alasan. Entah apapun itu. "Soalnya....., Aduh kayaknya engga bisa Pak," jawab dia.

Saya mencoba memberikan ketenangan di tengah keraguan dan kecurigaan panitia terhadap saya.

Saya mencoba menimpali dan menjelaskan jika sebelumnya pernah daftar sebagai peserta. Tapi ternyata tidak masuk karena tidak mengikuti pada saat pendataan ulang.

"Saya sebelumnya sempat daftar ke koordinator sebagai peserta Bu, tapi ternyata tidak masuk karena tidak verivikasi ulang," cerita saya.

Dia menimpali. "Ini kan (saya) koordinator, koodinator yang mana maksudnya?," kata dia bertanya.

Saya menjawab jika memang pernah ada yang mendata untuk kegiatan kampanye di Jalak Harupat.

Saya juga sempat memberitahu jika pada suatu kegiatan tertentu apalagi bernilai positif, informatif, edukatif, menghibur, seharusnya senang dan berterima kasih.

"Biasanya kalau ada yang liput harusnya senang sih Bu, tapi kenapa ya?," tanya saya.

Saya mencoba bertanya kembali ke panitia, soal keputusannya bagaimana? Panitia itu sempat berbalik arah ke belakang dan berbisik kepada salahsatu rekannya.

"Maksa," ucap dia terdengar berbisik kepada salahsatu rekannya yang di dalam.

Perempuan yang bernama Neng itu mengaku akan menghubungi atasannya terlebih dahulu untuk memastikan pemberian izin kepada saya untuk ikut terlibat dalam acara tersebut.

"Sebentar, saya telepon dulu atasan saya," ucap dia.

"Mangga," kata saya menjawab.

Baca Juga: Situ Rancabungur Ciamis Jawa Barat Kembali Terisi Air, Warga Mulai Tanam Ikan dan Sayuran

Cukup lama menunggu, saya akhirnya kembali menanyakan. "Gimana Bu, mana nomor teleponnya biar saya bicara," ucap saya berkata menunggu di depan pintu bus sambil mempersiapkan buku telepon.

Perempuan berusia kisaran 45-50 tahunan itu tidak menjawab dan sesekali berkomunikasi dengan rekannya.

Saya masih menunggu. Tak berselang lama saya memberikan penawaran untuk bicara dengan atasan itu menanyakan kembali soal keputusan dari atasannya.

"Gimana Bu?," kata saya bertanya.

Perempuan koordinator di bus 437 itu malah menyolot dan menjawab dengan nada tinggi.

"Sebentar, ini lagi di telepon,!" ucap dia sambil membentak.

Ini yang membuat tidak terima dan tidak dihargai Satu sisi minta izin dan sudah  berkomunikasi baik-baik, tapi tidak ditanggapi dengan baik.

Tak berselang lama dia memberitahu jika saya tidak diperkenankan untuk ikut dan meliput itu karena statusnya wartawan. Padahal, satu sisi sebagai pelindung dari keluarga saya juga mau bertugas membantu meliput soal kemeriahan acaranya. Tidak ada niat buruk apapun dalam benak saya.

Saya masih terngiang dengan ucapan koordinasi rombongan dengan nada membentak. Sontak saya memberikan peringatan atas sikap dia, koordinator rombongan atau panitia yang tidak baik dalam memberikan pelayanan terhadap terhadap wartawan, bahkan cenderung tidak sopan.

Perempuan itu menutup pintu bus tersebut. 3 bus itu mulai berangkat. Saya pun bergegas pulang ke rumah.

Diturunkan di Tengah Jalan

Namun, 30 menit kemudian saya sampai di rumah, tiba-tiba mendapat kabar tidak baik.

Saya mendapat kabar jika istri saya dan anggota keluarga yang lainnya, semua 7 orang, terdiri dari 3 orang dewasa, 2 remaja dan 2 anak-anak diturunkan di tengah jalan, tepatnya di kawasan Cileunyi dalam perjalanan dari Sumedang ke Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.

"Bapak itu anak teh? Turun-turun," kata panitia seperti ditirukan perwakilan satu keluarga saya.

Kemudian istri saya  juga turut berdiri yang menggendong anak tersebut juga disuruh turun.

"Bapak yang bawa media ya? Tadi ada media kesini, ngancam," ucap panitia.

Salahsatu anggota keluarga saya berupaya menjelaskan jika tidak ada bahaya apa-apa atas kehadiran dia sebagai media.

"Itu media aman Bu, itu adik ipar saya dan ini istrinya," kata dia lagi sambil menunjuk kepada istri saya yang masih di bus.

Namun tidak digubris malah menyuruh turun. Padahal, sebelumnya antara mereka yang diturunkan di tengah jalan itu, sudah ada kesepakatan dengan panitia jika diperkenankan membawa anak dengan catatan tidak masuk ke area kampanye.

"Ini mah sambil main aja, engga apa-apa engga masuk ke dalam, ini mah itung-itung jalan-jalan bawa main anak, sambil ngasih dukungan buat Pak Prabowo," kata perwakilan keluarga dan itu disepakati kedua belah pihak. Dan panitia mengizinkan untuk ikut.

Tapi, tiba-tiba di tengah perjalanan, sebelum masuk gerbang Tol Cileunyi, tiba-tiba menyuruh untuk turun dengan alasan bahwa ada wartawan di jajaran keluarga yang disebutnya memberikan ancaman.

Padahal pada bus yang lain pun seperti diungkapkan salah satu penumpang yang enggan disebutkan namanya, banyak anak dengan usia dibawah umur yang ikut pada kampanye tersebut.

"Ini bus lain juga banyak anak-anak kecil dibawah umur ikut," kata seorang ibu yang enggan disebutkan namanya itu.

Panitia juga sempat mengintimidasi istri saya  jika saya tidak boleh menulis apapun yang terjadi di dalam bus dan kegiatan lainnya di dalam bus.

"Ibu awas ya, (diingatkan suaminya) jangan sampai ngeliput-liput," tegas panitia. "Jangan sampai ngeliput-liput apapun," tegas dia mengulang kembali.

Ceritanya siap-siap untuk turun. Mereka diturunkan di daerah Cileunyi dan dikasih uang Rp50 Ribu untuk 7 orang sebagai ganti ongkos pulang ke rumahnya masing-masing.

Istri saya geleng-geleng kepala dan kecewa bukan main. Sudah diturunkan di tengah perjalanan, tambah di kasih ongkos Rp 50 Ribu untuk ongkos 7 orang.

"Mereka itu mikir engga kita bawa uang atau tidak, terus mikir engga rumah kita itu jaraknya dekat atau jauh. Mikir engga kalau uang yang dia kasih itu Rp50 ribu, cukup untuk 7 orang?," sesal dia mengembangkan, Sabtu, 10 Februari 2024.

Baca Juga: Naik Whoosh Jakarta Bandung Cepat dan Nyaman, 7 Fakta Kereta Cepat Woosh menggunakan Teknologi Canggih Ini !

"Ongkos kami pulang itu lebih dari Rp 100, kalau boleh jujur," sesal dia mengeluhkan.

Istri saya menceritakan kesakithatian yang begitu dalam pasca insiden menyedihkan ini. Diturunkan di tengah jalan dan 6 anggota keluarga lainnya.

"Saya jelas malu banget, sakit hati banget, sakit hati diturunkan di tengah jalan bawa anak yang lagi ceria-cerianya naik bus. Sakit hati anak lagi senang di bus, dipaksa turun sampai menangis karena anaknya tidak mau turun,"

"Ya, juga sakit hati karena malu sama penumpang bus, terus sakit dan malu sama omongan kakak saya. Jadi, saat itu menjelang turun kakak saya ditanya sama salahsatu penumpang, katanya ada apa? Jawab kakak saya, itu dia (suami saya wartawan) ngancam-ngancam, jadi diturunkan. Ah, katanya, gara-gara dia (suami) aya-aya wae," keluhnya menambahkan.

Padahal, saya pada saat itu hanya memberikan peringatan kepada panitia agar menghargai melayani dengan baik dan sopan, termasuk dalam berkomunikasi. Tapi ditanggapi berlebihan sebagai ancaman.

Kemudian lanjut istri saya, jika peringatan suami saya sebagai wartawan dianggap telah membuat resah, lalu kenapa tidak diturunkan dari awal pemberangkatan saja? Dan ini malah diturunkan di tengah jalan.

"Kenapa tidak diturunkan dari awal saja sebelum berangkat? Mereka punya hati engga? Bagaimana kalau menimpa kalian diperlakukan seperti ini? Malunya minta ampun," ucap dia.

Dikonfirmasi secara terpisah, Ketua DPC Partai Gerindra Sumedang, Heri Ukasah menyayangkan kejadian ini.

Dia menjelaskan jika DPC Gerindra Sumedang tidak sedang melakukan kampanye di Jalan Harupat, tapi sedang persiapan untuk kampanye akbar di Gelora Bung Karno (GBK).

Seperti diketahui bahwa ini adalah acara  relawan binaan dari politisi Partai Golkar, Agus Gumiwang Kartasasmita.

Namun begitu, Heri akan menelusuri insiden yang memalukan ini untuk kemudian dilakukan klarifikasi.

"Punten siapa pimpinan rombongannya kang biar nanti saya bisa klarifikasi," ucapnya.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah