Petani Padi di Kabupaten Bandung Sumringah, Jual Tabungan Gabah, Harga Melejit Maret 2024

3 Maret 2024, 06:45 WIB
Tanaman padi siap panen. /Instagram @ditjentanamanpangan

DESKJABAR – Sejumlah petani padi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang masih memiliki tabungan gabah hasil panen, sumringah. Sebab, mereka kini menjual sebagian tabungan gabah dengan perolehan hasil usaha yang melejit karena harga gabah meroket.

Pada kawasan selatan Jawa Barat, ada kebiasaan para petani padi yang suka menabung sebagian gabah hasil panen padi. Termasuk pula di Kabupaten Bandung, para petani padi sebagian besar tidak memiliki kebiasaan menjual habis perolehan panen, karena disimpan sebagain untuk cadangan.

Gambaran itu muncul di Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Sabtu, 2 Maret 2024. Harga gabah kering giling mencapai Rp 1 juta/kwintal, dimana sebagian petani yang memiliki tabungan gabah kini melepas ke usaha penggilingan atau pedagang beras.

Baca Juga: Pertanian Padi Jawa Barat 2024 Melonjak Biaya Produksi, Beras Murah Sulit, Ada Empat Penyebab

Selisih kenaikan

Salah seorang pebisnis gabah dan beras di Cikancung, Ujang Jamhur, menyebutkan, bahwa harga gabah kering giling (GKG) kini menjadi Rp 1 juta/kwintal. Sebelumnya, harga gabah kering giling masih sekitar Rp 650.000/kwintal, sehingga ada kenaikan Rp 350.000/kwintal.

Ujang Jamhur yang juga petani padi di Cikancung namun juga berbisnis gabah dan beras, menyebutkan, bahwa para petani di sekitar tempat tinggalnya yang mempunyai cadangan gabah, adalah hasil panen Juni 2023.

Menurut Ujang Jamhur, tampaknya, para petani selain memang sudah biasa menyimpan sebagian hasil panen untuk tabungan, juga sudah membaca situasi kondisi iklim akan ada El Nino 2023.

“Jadi, mereka menjadi lebih banyak menyimpan, dibandingkan menjual. Baru sekarang Maret 2024 mereka menjual saat harga sangat tinggi,” ujarnya

Baca Juga: Usai Harga Beras Mahal, Panen Pertanian Padi Jawa Barat Dibayangi Hama Tikus 2024.

 

Nilai tukar petani

Sementara itu,  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Nilai Tukar Petani atau NTP pada Februari 2024 mencapai 120,97 atau mengalami kenaikan 2,28 persen dibandingkan Januari 2024 (MtoM).

Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 2,89 persen lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (ib) yang hanya 0,59 persen.

Deputi Bidang Statistik Produksi pada BPS, Habibullah mengatakan bahwa ada empat komoditas yang berkontribusi besar pada kenaikan NTP. Keempatnya adalah komoditas gabah, jagung, kelapa sawit dan komoditas karet.

"Sedangkan peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan yang naik sebesar 3,57 persen. Kenaikan terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 4,18 persen atau lebih besar jika dibandingkan harga yang dibayar petani," kata Habibullah dalam berita resmi statistik, Jumat, 1 Februari 2024. ***

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler