Pertanian Padi Jawa Barat 2024 Melonjak Biaya Produksi, Beras Murah Sulit, Ada Empat Penyebab

- 28 Februari 2024, 07:00 WIB
Usaha pertanian padi Sumedang, Jawa Barat.
Usaha pertanian padi Sumedang, Jawa Barat. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR -  Kondisi usaha pertanian padi di Jawa Barat tahun 2024 mengalami lonjakan biaya produksi, sehingga beras murah sulit diperoleh. Kondisi demikian, diperkirakan akan menjadi dilemma terhadap harga gabah dan beras yang akan dijual ke pasaran, antara kepentingan hasil usaha petani dan konsumen.

Ada empat penyebab yang menjadikan biaya produksi usaha pertanian padi, khususnya di Jawa Barat menjadi tinggi pada tahun 2024. Tampaknya, fenomena kondisi ini bakal menyebabkan harga beras masih tetap tinggi sepanjang tahun 2024 ini, selain dampak terlambatnya musim tanam pengaruh El Nino 2023.

Yang menjadi gambaran umum, yang mempengaruhi kenaikan biaya produksi usaha pertanian, adalah kondisi terjadi di keseharian. Tiga penyebab kondisi biaya produksi pertanian padi di Jawa Barat menjadi meninggi, muncul dari Aslupama serta Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat.

 Baca Juga: KONTROVERSI: Dedi Mulyadi Membandingkan Harga Beras dengan Skincare dan Handphone , Begini Reaksi Netizen

Ini kendalanya

Ketua Aslupama (Asosiasi Lembaga Usaha Pangan Masyarakat) Jawa Barat, Agus Widodo, di Bandung, Selasa, 26 Februari 2024 malam, menyebutkan, dua kondisi berat dialami para petani padi.

Pertama, sampai musim tanam awal tahun 2024, ternyata pupuk bersubsidi masih sulit untuk diakses oleh petani. Padahal, pemerintah melalui Kementerian Pertanian sudah melonggarkan regulasi bagi para petani untuk memperoleh pupuk bersubsidi.

Kenyataannya, di lapangan masih ada kendala. Padahal, petani cukup menebus pupuk bersubsidi dengan hanya melalui Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Kedua, adalah stuktur ongkos usaha tani (SOUT) tinggi terkait dengan bahan bakar solar. Sebab, saat ini solar menjadi semakin susah diakses petani. Solar merupakan bahan bakar alat mesin pertanian, baik untuk mengolah tanah maupun panen.

Ketiga, harga ongkos kerja juga meningkat, seiring dengan kenaikan harga bahan pokok. Kondisi demikian merupakan efek merembet dari harga pangan mahal, terutama beras yang kini sedang terjadi.

Halaman:

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x