China Klaim Kimchi, Korea Selatan pun Berang, Pertikaian Antar Netizen Memanas di Media Sosial

- 1 Desember 2020, 07:19 WIB
Kimchi, makanan tradisional terbuat dari kubis atau sawi putih yang difermentasi dengan bumbu pedas.
Kimchi, makanan tradisional terbuat dari kubis atau sawi putih yang difermentasi dengan bumbu pedas. /Instagram/Pixabay/Dongtan Ko/

DESKJABAR - Bangsa Indonesia pernah marah besar ketika rendang diklaim negeri jiran, Malaysia. Baru-baru ini, warga Korea Selatan juga berang gara-gara kimchi, makanan yang terbuat dari kubis atau sawi putih yang difermentasi, diklaim China sebagai pao cai, makanan tradisional negeri tirai bambu.

Seperti dilaporkan Reuters, Selasa, 1 Desember 2020, hal itu berawal saat China memenangkan sertifikasi internasional untuk pao cai, hidangan sayur acar dari Sichuan. Beijing baru-baru ini memenangkan sertifikasi dari Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) untuk pao cai.

Pencapaian itu lalu dilaporkan oleh media Global Times sebagai "standar internasional untuk industri kimchi yang dipimpin oleh China."

Baca Juga: Ajax Mengincar Tiga Poin Dari Tuan Rumah Liverpool di Liga Champions

Media Korea Selatan dengan cepat membantah klaim semacam itu dan menuduh negeri tetangganya mencoba untuk mengklaim kimchi sebagai sejenis pao cai buatan China. Hal itu juga memicu kemarahan netizen Korea Selatan di media sosial.

"Benar-benar omong kosong, itu sama saja dengan mencuri budaya kita!" tulis seorang netizen Korea Selatan di Naver.com, portal web yang sangat populer di negeri ginseng tersebut.

"Saya membaca berita di media bahwa China mengatakan kimchi adalah milik mereka dan bahkan mereka membuat standar internasional untuk itu. Ini nggak masuk akal. Saya khawatir mereka nantinya akan mencuri Hanbok dan konten budaya lainnya, bukan hanya Kimchi," kata Kim Seol-ha, 28 tahun di Seoul.

Baca Juga: Ayo Beli Produk UMKM di Virtual Expo OJK Tasikmalaya dan REDEF Foundation

Beberapa media Korea Selatan mendeskripsikan hal itu sebagai "upaya China untuk menguasai dunia." Banyak pula komentar di media sosial yang khawatir Beijing melakukan "pemaksaan ekonomi."

Halaman:

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x