“Entah itu (kepada) saudaranya, ibunya, adiknya, anaknya, sahabatnya atau siapapun tidak pandang dulu. Sekarang banyak seperti itu”, kata Hastry.
Dalam kehidupan atau pergaulan sehari-hari, psikopat itu tampaknya terlihat baik-baik saja. Itu terjadi, jelas dr Hastry karena ada gangguan di organ otaknya yang tidak terbentuk secara sempurna.
Sebaliknya kata Hastry, orang yang tidak terindikasi psikopat meski bertampang preman berwajah sangar namun hatinya kadang baik.
Baca Juga: REWARD 5 Senjata Paling Mematikan, Kode Redeem FF Free Fire 30 Juni 2022 Cepat Klaim GRATIS!
Dokter Hastry juga menjelaskan, perilaku psikopat itu bisa terjadi di antaranya karena dilahirkan dari keluarga yang tidak jelas atau salah asuh sehingga mekanisme pertahanan jiwanya rapuh.
Dengan pertahanan jiwanya yang rapuh itu, mungkin ada keinginan atau sesuatu yang terpupuk di luar kendalinya sehingga dia begitu marahnya begitu emosinya.
“Dia meluapkan dengan itu tadi menyakiti orang bahkan bisa membunuh. Dan itu saya dapat dari para pelaku. Kebetulan karena saya dokter forensik, selain memvisum korban kadang saya juga memvisum pelaku yang masih hidup”, ungkap dr Hastry.
Terkait kasus Subang karena ada dugaan pelakunya psikopat, kata dr Hastry penyidik sudah melakukan tes kesehatan, tes kebohongan dan tes kesehatan jiwa terhadap sejumlah saksi.
Alat yang dipakai membunuh
Dokter Hastry mengungkapkan, atas dasar hasil otopsi kedua yang dilakukannya, ia tahu benda atau alat apa yang dipakai pelaku untuk membunuh kedua korban kasus Subang.