"Semuanya gagal ginjal akut, yang sampai saat ini masih diteliti penyebabnya apa. Ini harus koordinasi dengan dokter anak, kalau ada gejala-gejala yang mencurigakan akan dikoordinasikan dengan dokter anak spesialis ginjal," katanya.
Kepala Dinkes Jabar, Nina Susana Dewi mengatakan, penyebab pasti dari kasus ini masih dalam penyelidikan IDAI. Menurutnya, konsumsi obat tidak memicu gagal ginjal misterius ini.
"Kalau obat sebetulnya sudah ketat, kita ada, untuk izinnya juga harus dengan Dinkes, ada kontrol dari BPOM. Kalau obat sih itu aman," ujarnya.
Meski tergolong aman, Nina menjelaskan, dalam penggunaannya apakah masyarakat memberikan dosis yang sesuai atau tidak. Oleh sebab itu, Nina memastikan kasus ini masih diteliti bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) guna mengetahui penyebab pastinya.
"Cuma konsumsinya ini, pemakaiannya ini, kadang-kadang kan kita ngasih antibiotik tidak sesuai. Jadi untuk ginjal saya belum bisa banyak bicara karena masih berkoordinasi dengan IDAI," katanya.
Baca Juga: 8 Upaya PLN Kurangi Emisi Karbon Bakal Dipamerkan dalam SOE International Conference
Soal gejala-gejala dari gagal ginjal misterius ini, Nina mengungkapkan, ada beberapa keluhan dari anak-anak yang didiagnosis mengalami penyakit ini. Namun, dia memastikan hal ini masih dalam penelitian.
"Biasanya ada keluhan kencingnya, kemudian bengkak, jadi ini masih di dalam koordinasi dengan IDAI untuk disosialisasikan kepada masyarakat gimana cara mengantisipasinya," katanya.
Sebelumnya, Nina memastikan, kasus gagal gini misterius sudah terdeteksi di Jabar. Ada sebanyak 10 dari 27 kabupaten dan kota di Jabar ditemukan kasus tersebut. Sepuluh daerah ini juga kini dalam pengawasan.