Penerapan BPM, meliputi penggunaan bibit unggul, manajemen lahan berkelanjutan (pengendalian kultur teknis dan limbah), manajemen SO, sertifikasi dan standar berkelanjutan, dll.
Serta, pengendalian secara kuratif, berupa pemangkasan dan pembersihan pangkal batang yang merupakan praktek sanitasi, penggunaan bahan organik dan biocontrol (menggunakan agen antagonis, Thricoderma), pemberian fungsida (Forslit dan Fostonat), serta pemantauan rutin.
Simposium tersebut tampak banyak mendapat perhatian hadirin yang menanyakan sejumlah aspek terkait penyakit dan hama kelapa sawit. Bahkan, hadir pula salah seorang tokoh senior perkebunan Indonesia, Dr Bungaran Saragih.
Serangan penyakit ganoderma sebenarnya sudah sangat lama terjadi bagi tanaman kelapa sawit. Para kalangan profesional usaha perkebunan sawit di Indonesia, menilai bahwa ganoderma sudah mendesak dapat diatasi secara tersinergi secara ramah lingkungan.
Dalam simposium, secara umum ditekankan pengendalian ganoderma diarahkan secara ramah lingkungan atau pengendalian hama terpadu. Sebab, pengendalian ganoderma secara ramah lingkungan akan berpengaruh bagi kelangsungan kelestarian lingkungan.
Negara Indonesia diketahui merupakan produsen terbesar dunia kelapa sawit dan CPO, dengan unit perkebunan umumnya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, serta sebagian ada di Jawa Barat-Banten, dan Papua. ***