Pengendalian Penyakit Ganoderma di Perkebunan Sawit Diarahkan Secara Terpadu

- 31 Januari 2024, 08:30 WIB
Simposium internasional Ganoderma, di Hotel Holiday Inn Bandung, 30  dan 31 Januari 2024.
Simposium internasional Ganoderma, di Hotel Holiday Inn Bandung, 30 dan 31 Januari 2024. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Upaya pengendalian penyakit Ganoderma pada perkebunan sawit di Indonesia, diarahkan secara terpadu. Dengan cara ini, diharapkan resiko munculnya gangguan Ganoderma menjadi menurun, sehingga produksi kelapa sawit tetap aman.

Konsep pengendalian hama terpadu (PHT) pada tanaman kelapa sawit, dilakukan secara terintegrasi melalui monitoring, pembibitan, persiapan lahan, penerapan buku pintar mandor (BPM), serta pengendalian secara kuratif.

Tahun 2024 direncanakan pengendalian massif gangguan penyakit Ganoderma secara PHT pada berbagai perkebunan sawit rakyat di Indonesia. Sebab, berbagai usaha perkebunan sawit besar diyakini sudah menerapkan sistem sendiri sejak monitoring sampai pengendalian.

 Baca Juga: Pengendalian Ganoderma pada Perkebunan Sawit Muncul Terobosan Secara Ramah Lingkungan

Gambaran sistem PHT

Kalangan profesional penyelamatan tanaman sawit diinisiasi Media Perkebunan id, serta Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan dan Sawit BPDPKS, menggelar simposium internasional Ganoderma, di Hotel Holiday Inn Bandung, Sampai Rabu, 31 januari 2024 ini sejak Selasa, 30 Januari 2024.

Kepala Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan Badan Riset Inovasi Nasional  (BRIN), Dr. Dwinita Wikan Utami, M.Si, di Bandung, Selasa, 30 Januari 2024, menunjukan sistem pengendalian hama terpadu terhadap penyakit ganoderma (busuk pangkal batang) secara terintegrasi.

Disebutkan, tahapannya adalah monitoring dimana potensi serangan ganoderma biasanya sebelum tanam maupun sebelum replanting.

Pembibitan sawit harus menggunakan bibit unggul tahan/medium tahan, aplikasi agens hayati, serta pemeliharaan bibit terstandar.

Persiapan lahan, dilakukan sanitasi lahan dan sumber inoculum berupa tunggul, bonggol, dan akar, agar tidak berpotensi munculnya virus ganoderma.

Penerapan BPM, meliputi penggunaan bibit unggul, manajemen lahan berkelanjutan (pengendalian kultur teknis dan limbah), manajemen SO, sertifikasi dan standar berkelanjutan, dll.

Serta, pengendalian secara kuratif, berupa pemangkasan dan pembersihan pangkal batang yang merupakan praktek sanitasi, penggunaan bahan organik dan biocontrol (menggunakan agen antagonis, Thricoderma), pemberian fungsida (Forslit dan Fostonat), serta pemantauan rutin.

Baca Juga: Melihat Eks Pabrik Minyak Sawit Terbesar Se-Asia Tenggara di Rangkasbitung: Bisa Dijadikan Destinasi Wisata

Simposium tersebut tampak banyak mendapat perhatian hadirin yang menanyakan sejumlah aspek terkait penyakit dan hama kelapa sawit. Bahkan, hadir pula salah seorang tokoh senior perkebunan Indonesia, Dr Bungaran Saragih.

Serangan penyakit ganoderma sebenarnya sudah sangat lama terjadi bagi tanaman kelapa sawit. Para kalangan profesional usaha perkebunan sawit di Indonesia, menilai bahwa ganoderma sudah mendesak dapat diatasi secara tersinergi secara ramah lingkungan.

Dalam simposium, secara umum ditekankan pengendalian ganoderma diarahkan secara ramah lingkungan atau pengendalian hama terpadu. Sebab, pengendalian ganoderma secara ramah lingkungan akan berpengaruh bagi kelangsungan kelestarian lingkungan.

Negara Indonesia diketahui merupakan produsen terbesar dunia kelapa sawit dan CPO, dengan unit perkebunan umumnya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, serta sebagian ada di Jawa Barat-Banten, dan Papua. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x