Bahkan dari 3.607.863 korban terpapar, sebanyak 2.996.478 orang telah sembuh. Artinya korban memang banyak dan terus bertambah, tetapi pasien yang sembuh juga banyak dan terus bertambah setiap hari.
Namun tingginya angka kesembuhan, jangan sampai membuat terlena, apalagi menyepelekan wabah ini. Disamping kesembuhan, korban meninggal juga bertambah setiap hari dan hal itu membuktikan betapa berisikonya bila terpapar wabah ini.
Dalam konteks angka pertambahan kasus setiap hari itulah peringatan HUT Ke-76 Kemerdekaan RI berlangsung. Peringatan ini harus ada sebagai wujud cinta Tanah Air tetapi juga teramat sempit dimensi ruang dan waktu untuk melaksanakannya.
"Agustusan", demikian sebutan dari tak sedikit warga dalam memeriahkan agenda tahunan itu. Tak sedikit pula warga yang menyebut "tujuh belasan" atau "17-an".
Baca Juga: Pantun Rindu Billy Syahputra Buat Amanda Manopo, yang Pamer Lagi Foto Kemesraannya
Apapun sebutannya, muara yang dimaksud adalah peringatan HUT Kemerdekaan setiap 17 Agustus. Di masa normal (sebelum wabah) bisa dibilang tak ada "Agustusan" tanpa kemeriahan lomba makan kerupuk, tangkap belut, balap karung hingga panjat pinang.
Beraneka kemeriahan selalu menandai peringatan HUT Kemerdekaan RI. Tetapi wabah telah menjadikannya sebagai kenangan dan entah kapan akan terulang lagi.
Upacara peringatannya memang tetap ada tetapi menyesuaikan situasi dan kondisi. Yakni adanya pembatasan aktivitas publik dan penerapan disiplin protokol kesehatan (prokes), meliputi jaga jarak, jauhi kerumunan dan sering cuci tangan.
Meski dengan prokes, upacara benderanya tetap bisa dilaksanakan, tetapi betapa tidak mudah untuk kegiatan yang memeriahkannya. Kemeriahan identik dengan kerumunan dan tanpa jaga jarak.