SEJARAH HARI INI, 26 Maret 1968 Menandai Dimulainya Orde Baru Dibawah Pimpinan Presiden Soeharto

- 26 Maret 2021, 07:05 WIB
Presiden Soeharto saat berkunjung ke Belanda september 1970
Presiden Soeharto saat berkunjung ke Belanda september 1970 /commons.wikimedia.org/

DESKJABAR – Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, tanggal 26 Maret 1968 adalah bagian yang tidak kalah pentingnya. Pada 26 Maret 1968 menandai dimulainya era Orde Baru dibawah pimpinan Presiden Soeharto.

Tanggal 26 Maret 1968 juga bisa dikatakan sebagai puncak dari peristiwa Surat  Perintah 11 Maret pada 1966 atau yang lebih dikenal dengan Supersemar, surat yang sampai saat ini masih misteri keasliannya setelah dinyatakan hilang.

Sejarah Hari ini memaparkan kembali secara singkat pelantikan Soeharto sebagai presiden RI menggantikan Soekarno, serta latar belakang hingga sampai pada pelantikan tersebut.

Baca Juga: Begal Jaringan Sumatera  Baku Tembak dengan Polisi Tasikmalaya, 2 Kabur 1 Dibekuk

Sejak terjadinya tragedi G-30 S/PKI pada 30 September 1965, posisi presiden Soekarno mulai bergoyang. Itu karena dia dinilai tidak melakukan tindakan apapun terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sejak itu pula, berbagai aksi demo yang dilakukan berbagai mahasiswa dan elemen masyarakat, terus berlangsung. Ditambah lagi kondisi ekonomi bangsa saat itu sangat buruk yang ditandai denga inflasi hingga mencapai 600 persen yang membuat harga-harga meroket.

Puncaknya pada 11 Maret 1966, demo besar-besaran terjadi di dekat Istana Merdeka.Tidak hanya itu saja, pasukan pengawal presiden memantau adanya tentara yang berkeliaran di antara aksi demo.

Baca Juga: Di Kota Bandung Masih Ada 70 Ribu UMKM Belum Terima BLT, Kok Bisa?

Presiden Soekarno yang saat itu akan melantik kabinet, diperintahkan untuk terbang dengan helikopter ke Istana Bogor.

Pada saat berada di Bogor inilah, Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai panglima Kostrad, mengutus tiga jenderal yakni Brigjen Amirmachmud, Brigjen M Jusuf, dan Mayjen Basuki Rachmat.

Kedatangan mereka adalah untuk meminta Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah kepada Soeharto, yang memberikan kewenangan untuk menangani situasi yang tengah terjadi di Jakarta.

Soekarno menyetujuinya dan dikeluarkannya apa yang dinamakan Surat Perintah 11 Maret atau yang dikenal dengan Supersemar.

Supersemar inilah, menjadi titik awal hingga terjadinya perpindahan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto.

Baca Juga: Sebanyak 16 Juta Dosis Bahan Baku Vaksin Covid-19 Pesanan Indonesia Kembali Tiba

Dengan berbekal surat perintah itu pula, Soeharto mewujudkan apa yang disebut Trituta atau tiga tuntutan rakyat yang sejak awal disuarakan aksi-aksi demo oleh para mahasiswa.

Isi Tritura adalah

  • Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI)
  • Pembersihan Kabinat Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S
  • Turunkan harga-harga

Dengan berbekal Supersemar, Soeharto membubarkan PKI dan menyatakan sebagai partai terlarang, kemudian para menteri dan pejabat yang diduga terlibat dalam peristiwa G-30 S/PKI ditangkap satu per satu.

Pada perkembangannya, tindakan-tindakan yang dilakukan Soeharto membuat hubungan antara Soekarno dengan Soeharto memburuk.

Baca Juga: Harga Daging Sapi Hidup di Kota Bandung Mulai Naik, Dikhawatirkan Harganya Melonjak Menjelang Ramadhan 1442 H

Soekarno sempat menyikapi tindakan-tindakan Soeharto dengan mengeluarkan pidato pembelaan yang dikenal dengan "Nawaksara". Namun, MPRS menolak pidato pertanggungjawaban itu dan  Soekarno pun diberhentikan sebagai Presiden pada 22 Juni 1966 dalam Sidang Umum ke-IV MPRS.

Soeharto kemudian ditunjuk sebagai pejabat presiden setahun kemudian, yaitu pada Maret 1967. Penunjukan berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967.

Posisi ini diemban Soeharto sampai dipilihnya presiden oleh MPRS hasil pemilihan umum.

Satu tahun kemudian, pada 26 Maret 1968, Soeharto secara resmi diambil sumpahnya sebagai Presiden tanpa adanya jabatan Wakil Presiden.

Namun, sejarah rupanya berulang kembali yang kali ini menerpa Soeharto. Setelah menjadi Presiden RI terlama yakni 32 tahun, Soeharto harus rela mengakhiri kepemimpinannya pada Mei 1998, yang dimulainya masa reformasi.

Jatuhnya Soeharto juga ditandai dengan berbagai aksi demo mahasiswa, seperti juga halnya ketika di masa kejatuhan Soekarno.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah