SEJARAH HARI INI, Muhammad Ali Merebut Gelar Juara Dunia Kelas Berat untuk Pertama Kali

- 25 Februari 2021, 06:35 WIB
Muhammad Ali merebut gelar juara dunia kelas berat untuk pertama kali pada 25 Februari 1964
Muhammad Ali merebut gelar juara dunia kelas berat untuk pertama kali pada 25 Februari 1964 /commons.wikimedia.org/

DESKJABAR – Tanggal 25 Februari memiliki arti penting dalam perjalanan karier petinju Muhammad Ali. Ya, tanggal 25 Februari 1964, Ali merebut gelar juara dunia kelas berat untuk pertama kali dalam usia 22 tahun.

Sejarah hari ini mengulas sekilas perjalanan karier Muhammad Ali, yang di kemudian hari menjelma sebagai legenda tinju dunia, yang terus dikenang dengan gaya bertinjunya dan perkatannya “menari bagaikan kupu-kupu dan menyengat bagaikan lebah.”

Convention Hall di Miami Beach pada tanggal 25 Februari 1964 terjadi keriuhan 8.300 penonton yang menyaksikan pertarungan tinju antara juara bertahan Sonny Liston melawan Cassius Clay. Di sana tengah terjadi peristiwa penting yang mengejutkan.

Baca Juga: Pemprov Jawa Barat Perketat Pengawasan Distribusi Vaksin Covid-19

Pertarungan memperebutkan gelar juara dunia kelas berat tersebut menempatkan Cassius Clay sebagai underdog. Para penjudi memfavoritkan Liston yang akan memenangkan pertarungan dengan perbandingan 8:1.

Apalagi dilihat dari rekor pertarungan, Liston dua tahun sebelumnya menumbangkan juara dunia kelas berat Floyd Patterson, untuk merebut gelar juara dunia. Upaya Patterson untuk mengembalikan gelar juara gagal dan kembali dikalahkan Liston.

Namun, Clay yang dikenal sebagai petinju muda dan “besar mulut” alias gede omong, tak surut dengan posisinya sebagai underdog. Bahkan, dalam beberapa wawancara dengan pers sebelum pertandingan, Clay sesumbar akan mampu mengalahkannya dalam 8 ronde.

Baca Juga: HOREE..! Presiden Jokowi Targetkan Pembelajaran Tatap Muka Awal Juli 2021

membual bahwa ia akan "melayang seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah" dan melumpuhkan Liston di ronde kedelapan.

Dengan sesumbar Clay mengatakan bahwa dia akan menari bagaikan kupu-kupu dan menyengat bagaikan lebah, untuk menumbangkan Liston di ronde ke-8.

Kala itu banyak orang yang tertawa dengan bualannya itu, dan menilainya sebagai omong kosong.

Saat naik ring, Clay telah membuktikan bahwa itu bukan bualan. Bahkan Clay mampu mengalahkan Liston lebih cepat yakni menang TKO pada ronde 7. Penonton yang ada di Convention Hall di Miami Beach, riuh dengan kejutan yang dibuat petinju yang baru berusia 22 tahun tersebut.

Untuk merayakan kemenangan gelar kelas berat dunia, Clay pergi ke pesta pribadi di sebuah hotel Miami, yang dihadiri oleh temannya Malcolm X , seorang pemimpin vokal dari kelompok Muslim Afrika Amerika yang dikenal sebagai kelompok Nation of Islam.

Baca Juga: Goa Lalay Padaherang, Pangandaran, akan Dijadikan Wisata Fauna

Dua hari kemudian, Clay yang kini tampil lebih terkendali mengumumkan bahwa dia bergabung dengan Nation of Islam dan berpindah keyakinan menjadi seorang muslim. Clay kemudian mengganti namanya menjadi Muhammad Ali.

Setelah berhasil mempertahankan gelarnya sembilan kali, gelarnya dicabut pada tahun 1967 setelah dia menolak ikut wajib militer untuk dikirim ke perang Vietnam. Penolakan dengan alasan sebagai seorang muslim tidak sesuai dengan hati nuraninya.

Atas penolakan itu, Ali dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Popularitasnya merosot, tetapi banyak orang di seluruh dunia yang bertepuk tangan atas keberaniannya menentang Perang Vietnam .

Pada tahun 1970, ia diizinkan kembali ke ring tinju, dan tahun berikutnya di Mahkamah Agung AS membatalkan dakwaan penghindaran Ali. Pada tahun 1974, ia merebut kembali gelar kelas berat dalam pertandingan melawan George Foreman di Zaire.

Baca Juga: Mino Raiola Mengklaim hanya 10 Klub yang Mampu Membeli Erling Haaland, 4 Diantaranya dari Liga Premier

Ali berhasil mempertahankannya dalam pertandingan brutal 15 ronde melawan Joe Frazier di Filipina pada tahun berikutnya. Pada 1978, ia kehilangan gelar dari Leon Spinks ,tetapi kemudian pada tahun itu mengalahkan Spinks dalam pertandingan ulang.

Dengan hasil itu membuatnya menjadi petinju pertama yang memenangkan gelar kelas berat tiga kali. Dia pensiun pada 1979 tetapi kembali ke ring dua kali pada awal 1980-an.

Pada tahun 1984, Ali didiagnosis dengan sindrom parkinson pugilistik dan telah mengalami penurunan fungsi motorik yang lambat sejak saat itu.

Pada upacara di Gedung Putih pada November 2005, Ali dianugerahi Presidential Medal of Freedom. Pada 3 Juni 2016, Ali meninggal dunia setelah periode kesehatan yang menurun.

Muhammad Ali akan terus dikenang sebagai salah satu tokoh olahraga terbesar abad ke-20, karena pengaruh sosial dan politiknya, serta kehebatannya di ring tinju. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah