Masyarakat Beranggapan Bulan Suro atau Muharram Sebagai Bulan Keramat, Benarkah? Ini Penjelasan Buya Yahya

26 Juli 2022, 19:35 WIB
Ilustrasi, Buya Yahya menjelaskan terkait Malam 1 Suro yang dianggap sebagai hari keramat dalam bulan MuharraM. / Pixabay/ Pezibear /

DESKJABAR - Bulan Suro atau Muharram dalam kepercayaan orang Jawa sering kali disebut sebagai bulan keramat.

Bahkan tidak sedikit dari masyarakat menghindari kegiatan seperti hajatan, bepergian jauh pada hari di Bulan Suro.

Pasalnya, sebagian masyarakat menganggap bahwa pada Bulan Suro sebagai hari sial atau naas.

Namun terkait Bulan Suro yang dianggap sebagai hari keramat ini pun masih menjadi perbincangan di tengah masyarakat.

Baca Juga: Robert Alberts Bantah Tudingan Bobotoh Pemain Persib Buruk Fisik dan Stamina, Ini Buktinya

Meskipun masih ada yang percaya bahwa Bulan Suro itu malam yang keramat, namun masih ada juga masyarakat beranggapan lain.

Dengan ada perbedaan tersebut, lantas bagaimana dalam pandangan ajaran agama Islam terkait Bulan Suro?.

Lantas hal ini pun dijelaskan langsung oleh Buya Yahya dalam ceramahnya.

Melansir dari kanal YouTube Al-Bahjah TV berikut penjelasan Buya Yahya terkait Bulan Suro yang dianggap keramat oleh sebagian masyarakat.

Menurut Buya Yahya hari Allah itu semuanya itu baik.

"Hari Allah itu semuanya baik, hari jelek itu cuman 1 waktu Anda bermaksiat melanggar Allah tuh hari jelek" ujar Buya Yahya.

Mengingat Bulan Suro ini merupakan bulan Muharram dalam kalender Hijriyah.

Justru bulan Muharram ini adalah salah satu dari empat bulan yang Allah muliakan.

Buya Yahya juga menegaskan bahwa bulan Muharram ini bukanlah bulan malapetaka.

Dengan mempercayai bahwa Malam 1 Suro dianggap sebagai hari sial atau naas ini merupakan bentuk suudzon kepada Allah.

Bahkan ketika puasa di bulan Muharram juga sangat dianjurkan.

Mengingat sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah di bulan Muharram.

Baca Juga: Malam Satu Suro 2022, Tradisi Unik Yang Ada Di Masyarakat Jawa, Tanggal Berapa?

Dan kata Buya Yahya yang paling utama ketika hendak berpuasa di bulan Muharram yaitu Asyuro.

Bahkan Nabi Muhammad pun ketika tanggal 10 Muharram berpuasa.

Namun sebagian pembedahan dengan kaum Yahudi, Nabi memerintahkan untuk berpuasa ditambah sehari sebelumnya atau tanggal 9 Muharram.

Namun jika tidak bisa tanggal 9 maka boleh-boleh saja puasa dilakukan pada tanggal 11 Muharram.

Bahkan di bulan Muharram juga boleh menambahkan amalan lainnya seperti menikah dan lain sebagainya.

Sehingga kata Buya Yahya tidak ada namanya hari keramat, hari sial, atau hari naas.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: YouTube Al-Bahjah TV

Tags

Terkini

Terpopuler