DESKJABAR - Dalam penanggalan masyarakat Jawa, bulan Muharram disebut juga dengan bulan Suro.
Bulan Suro diciptakan oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo, pada zaman kerajaan Mataram Islam.
Sultan berkeinginan untuk menyesuaikan kalender saka atau kalender Jawa dan Hindu agar sesuai dengan sistem penanggalan Islam.
Selain itu, penyesuaian ini juga bertujuan untuk menyatukan dua kubu masyarakat yang terpecah akibat perbedaan keyakinan, yakni penganut kejawen dan putihan.
Suro dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai bulan kesialan dan sangat sakral. Biasanya, pada bulan Suro menjadi waktu untuk memandikan benda-benda pusaka dan melakukan ritual sakral kejawen.
Dikutip dari kanal YouTube Utug-Utug yang berjudul "Inilah, Mengapa Misteri Malam Satu Suro Dikenal Sangat Angker" tayang pada 10 September 2018, bagi sebagian masyarakat Jawa, malam 1 Suro dianggap sebagai hari raya para makhluk gaib, sehingga banyak dari mereka yang keluar dari persinggahannya.
Mitos tersebut sering dikaitkan dengan penampakkan atau gangguan makhluk gaib yang sering terjadi pada malam 1 Suro.
Terlalu berlebihan, jika ada anggapan jika bulan Suro merupakan bulan yang buruk dalam satu tahun. Bahkan, sampai ada mitos yang menganggap sebagai bulan yang penuh kesialan dan bencana.