“Sehingga kalau dibandingkan dengan sesar Cileunyi-Tanjungsari, itu arahnya berbeda,” jelasnya.
Dengan demikian, menurutnya, kemungkinan penyebab gempa bumi yang terjadi di Sumedang adalah akibat aktivitas sesar yang belum diketahui. Selain itu, melihat lokasi episentrum gempa bumi yang berada di wilayah pusat kota Sumedang, Ismawan mengatakan bahwa lokasi ini sebelumnya belum pernah terjadi gempa bumi.
“Ini harus dilakukan penelitian lebih jauh. Pemda dan ahli geologi harus menjelaskan ini sesar apa. Kalau sesar baru dia arahnya dari mana sampai di mana,” imbuhnya.
Penemuan Sesar Sumedang
Sementara itu dalam acara jumpa pers via zoom, Dwikora memperlihatkan bahwa Sesar Cipeles sudah tercantum dalam peta data penelitian oleh tim dari Unpad beberapa tahun lalu.
Kepala pusat gempa dan tsunami BMKG, Daryono mengatakan, BMKG awalnya memang kesulitan untuk memastikan penyebab gempa di Sumedang. Sehingga identifikasi harus dipakai dengan sejumlah parameter dengan waktu cukup panjang.
Setelah dilakukan pembacaan secara berulang dan hasilnya konsisten, barulah BMKG bisa memestikan dari mana asal patahan yang membuat gempa di Sumedang terjadi.
Pada kesempatan itu, Dwikora memaparkan kronologi penemuan Sesar Sumedang. Menurutnya, gempa Sumedang merupakan gempa bumi kerak dangkal karena ada aktifitas sesar aktif denga mekanisme sumber gempa merupakan kombinasi antara pergerakan mendatar dan naik, dan berarah cenderung utara ke selatan.
Dwikora menambahkan, dengan memperhatikan sebaran gempa susulan, tatanan tektonik dan analisis mekanisme sumbernya, maka gempa Sumedang di pengujung tahun 2023 itu disebabkan oleh sesar aktif yang melewati Kota Sumedang.
Baca Juga: Petani Teh Jawa Barat Tegar Berusaha, Walau Belum Dapat Pupuk Bersubsidi di Tahun 2024