Juga terus disosialisasikan penggunaan bahan-bahan untuk menyuburkan tanah, misalnya PGPR (plant growth promoting rhizobacteria) alias bakteri yang menguntungkan menyuburkan tanah, musuh alami, dan pestida nabati, dengan sumbernya ada di sekitar kawasan pertanian pula.
Menurut Dadan Hidayat, di seluruh Jawa Barat, para petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT) dan petugas penyuluh lapangan, berinovasi dengan memanfaatkan agensia hayati untuk pengendalian hama dan penyakit.
Baca Juga: Di Majalengka, Burung Emprit Dikonsumsi, Wisata Alam dan Pengendalian Hama Pertanian Padi
Yang tinggal diperlukan dari petani sendiri, kata Dadan Hidayat, adalah keyakinan para petaninya sendiri. Sebab, bahan-bahan ramah lingkungan sebenarnya murah dan ampuh untuk mengendalikan hama dan penyakit.
Bahkan, para petugas POPT dan penyuluh lapangan juga membantu petani dengan memberkan contoh pembuatan pupuk organik, kompos, dsb, untuk menggantikan bahan-bahan kimia, seperti pupuk dan obat-obatan.
“Jawa Barat harus bisa dikenal sebagai penghasil usaha pertanian pangan ramah di kantong, ramah lingkungan, dan ramah konsumsi,” kata Dadan Hidayat.
Diketahui, Jawa Barat masih menjadi salah satu lumbung pangan nasional, terutama padi dan beras.
Untuk memacu kembali produktivitas tanaman padi, salah satu kuncinya adalah pemulihan kesuburan tanah. Dengan kondisi tanah kembali subur dan sehat, maka kandungan unsur hara kembali banyak, sehingga kemampuan berproduksi kembali bagus.
Pada berbagai kawasan pertanian di Indonesia, termasuk Jawa Barat, sudah jenuh bahan sisa pupuk kimia. ***