DESKJABAR – Tasikmalaya memiliki banyak nama daerah dengan nama gunung. Sebut saja Gunung Pereng, Gunung Singa, Gunung Sabeulah, Gunung Lipung, Gunung Ceuri, Gunung Huni, Gunung Ceuri, Gunung Gadog, Gunung Jembar dll.
Bisa jadi jaman dulu kala kota purbakala Tasik ditutupi pegunungan. Konon kata Tasik memiliki arti danau atau telaga.
Di daerah Tasik dulu terdapat danau yang bertebaran. Namun secara bahasa Sunda, Tasikmalaya mungkin juga mengandung arti keusik ngalayah, bermakna banyak pasir di mana-mana.
Saya dilahirkan dan dibesarkan di kawasan pengrajin payung di Tasikmalaya bernama Babakan Payung.
Saat bermain ke daerah uwak di kawasan Jl. Selakaso Tasikmalaya, saya sering melewati para pengrajin payung ini menjemur payung yang terbuat dari kertas.
Sayang popularitas kota Tasikmalaya sebagai pengrajin payung kertas kini semakin memudar.
Sebagai upaya melestarikan dan memunculkan kembali payung Tasik, Pemkot Tasikmalaya memasang payung-payung hias di Taman Kota yang letaknya berada di depan Masjid Agung Tasikmalaya.
Dari daerah Babakan Payung ini pun banyak para pengusaha keturunan yang menjadi pengusaha kue basah. Mereka memasoknya ke toko kue terkenal di Kota Tasikmalaya.
Salah satu pengrajin kue yang terkenal di Jl. Babakan Payung adalah, Babah Siang –Kang yang menjual kue Bika Ambon.