Detik-detik Pembunuh Subang Terungkap, Ada Orang Yang Dikorbankan Hingga gejala gangguan Jiwa

- 4 Januari 2022, 06:48 WIB
Situasi olah TKP kasus pembunuhan Subang. /Youtube Ryzan Akaleza/
Situasi olah TKP kasus pembunuhan Subang. /Youtube Ryzan Akaleza/ /

DESKJABAR- Kasus pembunuh ibu dan anak di Subang saat ini memasuki masa krusial dengan sebentar lagi kasus Pembunuh Subang ini akan di ungkap oleh kepolisian.

Sekarang ramai dengan isu-isu kambing hitam atau orang yang dikorbankan dan Ada sejumlah saksi yang bisa mengalami gangguan jiwa atau stress.

Perkembangan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang saat ini ramai dengan orang yang dikorbankan atau kambing hitam di kasus pembunuhan Subang apa yang dimaksud dengan isu kambing hitam di kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang?

Baca Juga: INILAH Beberapa Bentuk Hidung yang Dapat Menggambarkan Kepribadian, Hidung Anda Yang mana?

Dalam channel YouTube Anjas di Thailand pada 2 Desember 2021, Anjas menjelaskan bahwa pengertian kambing hitam adalah orang dalam suatu perkara yang tidak bersalah, tapi justru dipersalahkan atau orang yang dikorbankan.

Anjas mengatakan bahwa pengertian kambing hitam adalah orang dalam suatu perkara yang tidak bersalah, tapi justru dipersalahkan atau orang yang dikorbankan.

Lalu kalau dilihat dari kategori tersangka yang terkait dengan kasus pembunuh ibu dan anak di Subang tersebut, menurut Anjas ada empat kategori yakni pelaku, dalang atau otaknya, orang yang membantu, dan orang yang mengetahui.

Apakah dari empat kategori ini, semua tersangka akan dijadikan kambing hitam?

Menurutnya, publik juga bisa menilai pelaku dan dalang tidak mungkin jadi kambing hitam.

Namun menurut Anjas, saksi-saksi yang sudah didampingi pengacara dan punya akses ke media, akan sulit dijadikan kambing hitam. Mengingat, setiap saat mereka didampingi kuasa hukum yang akan selalu membela kliennya tersebut.

Baca Juga: Daftar Harga Terbaru Rokok 2022 Naik Menyusul Kenaikan Cukai Rokok Rata-rata 12 Persen, Berapa?

Justru di antara 69 saksi yang telah diperiksa tim penyidik dalam pengungkapan kasus pembunuh Ibu dan anak di Subang tersebut, banyak yang tidak didampingi pengacara dan tidak punya akses ke media, dan merekalah yang berpotensi dijadikan kambing hitam.

Salah satunya Wahyu, mantan Kepala Sekolah di sekolah di bawah naungan Yayasan Bina Prestasi Nasional.

Wahyu banyak disebut sebagai saksi yang menghilang atau dihilangkan. Wahyu juga dinilai memiliki potensi besar dijadikan kambing hitam di kasus ini, karena dia tidak didampingi pengacara dan tidak punya akses ke media.

“Kalau seandainya Wahyu menonton Youtube ini, harusnya dia mulai bersuara. Saksi-saksi lain sudah punya pengacara, kuasa hukum akan menjaga hak-hak kliennya,” ungkap Anjas.

"Saran saya, kalau bisa Wahyu berkomentar, mulainya bersuara. Kalau diam saja dan tidak punya pengacara, dia akan jadi sasaran empuk. Akan diframing banyak orang. Bisa saja dia jadi kambing hitam,” ungkap Anjas di Thailand.

Ataupun juga dari sisi Danu, bisa saja dia juga mengklaim jadi kambing hitam karena selama disuruh abcd, tapi dituduh sana-sini. Begitu juga Yosef dan Mimin.

“Dilihat dari sisi kekuatan, mereka yang punya kuasa hukum aman. Selain punya pengacara, mereka juga punya akses ke media,”ujarnya.

Baca Juga: MR X Pelaku Pembunuh Ibu dan Anak di Subang, Pintar dan Seorang Sosiopat, Mungkinkah Ada Motif Asmara?

Menurut Anjas dari ke 69 saksi ada kemungkinan dicurigai tapi tidak punya akses ke media atau tidak didampingi pengacara bisa saja mereka dijadikan kambing hitam.

Berdasarkan wawancara DeskJabar pada Minggu 2 Januari 2022, dengan psikolog Dra. Elia Daryati M.Si dan psikiater Dr. Teddy Hidayat, SpKJ, ketiga saksi bisa saja mengalami gangguan kejiwaan.

Bukan tidak mungkin tiga saksi kasus pembunuh ibu dan anak di Subang menderita stres, stres akut, hingga gangguan stres pasca trauma atau dikenal dengan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Ini sudah termasuk gangguan kejiwaan.

Hal itu diakui oleh dua ahli kejiwaan, psikolog Dra. Elia Daryati M.Si dan psikiater Dr. Teddy Hidayat Sp.KJ. Tiga Saksi kasus pembunuh ibu dan anak, yakni Yoris, Yosef, dan Danu berpotensi mengalami stres.

Dalam situasi yang serba tidak jelas dan berkepanjangan membuat status Yoris, Yosef, dan Danu sebagai saksi kasus pembunuh ibu dan anak pun tak bisa dicabut. Ini yang berpotensi jadi penyebab stres mereka.

Meskipun mereka berstatus saksi namun dengan harus bolak-balik diperiksa menghadapi pertanyaan-pertanyaan seputar pembunuhan, pasti terasa berat untuk Yoris, Yosef dan Danu.

Belum lagi pemberitaan yang gencar di berbagai platform media, pastilah akan mempengaruhi kejiwaan Yoris, Yosef, dan Danu.

Baca Juga: TERBARU SOAL Kisah Mommy ASF Rampungkan 'LAYANGAN PUTUS' menjadi Buku, Ini Kisahnya

"Pasti stres. Jika mereka bukan pelaku pasti stres, apalagi jika pelaku stresnya bertambah. Kehilangan keluarga dekat saja sudah membuat stres, apalagi ini ditambah dengan status mereka sekarang,” kata psikolog Dra. Elia Daryati, M.Si.

Maka tak heran jika Yoris, Yosef, dan Danu butuh dukungan dari lingkungan sekitarnya maupun dari aparat dan pengacaranya. Paling tidak stres mereka tidak berkepanjangan.

Keluarga dekat adalah lingkungan terkecil yang semestinya memberikan dukungan moral kepada pada saksi kasus pembunuhan di Subang itu. Dengan demikian stres mereka bisa terkendali, tidak menjadi stres akut, apalagi sampai berakibat fatal.

Yang penting, tetap menjaga privasi saksi dengan asas praduga tak bersalah,” kata Elia yang juga Dosen LP3I dan STIA LAN Bandung.

"Kalau sebagai pelakunya mungkin sudah seharusnya untuk menjalaninya, tetapi untuk yang bukan pelakunya ini sangat berat,” ungkap psikiater Dr. Teddy Hidayat, SpKJ.

Kalau peristiwa berjalan dalam waktu yang lama,dan stress berlanjut melebihi tiga bulan atau enam bulan, bisa jadi penderita akan mengalami yang disebut stress pasca trauma

Kriteria post traumatic stress disorder atau stres pasca trauma, kata Teddy, seseorang pernah terpapar dengan peristiwa yang traumatik seperti menjadi saksi mata atau berhadapan langsung dengan kejadian yang mengerikan atau mengancam kehidupan.

Misalnya peristiwa pembunuhan atau ditahan dan diperlakukan sebagai tahanan.

Baca Juga: PERSIB TERKINI HARI INI: Bruno Cantanhede Pilih Nomer 37 di Persib Bandung, Ternyata ini Alasannya

"Pengalaman traumatik tadi timbul berulang, misalnya adanya bayangan.pikiran atau persepsi yang berkaitan peristiwa traumatik datang berulang menimbulkan penderitaan,” katanya.

Bisa juga berupa gejala menetap peningkatan kewaspadaan, sulit tidur, iritabilitas, sulit konsentrasi, hypervigilance atau respon yang kacau tidak terkendali.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah