Ridwan Kamil Pastikan Trauma Healing 12 Santriwati Pesantren di Kota Bandung, 'Sekolahnya Ditutup'

9 Desember 2021, 13:21 WIB
Ridwan Kamil akan menyediakan trauma healing bagi 12 santriwati yang menjadi korban pemerkosaan di salah satu pesantren di Kota Bandung. /Antara

DESKJABAR - Ridwan Kamil telah mengambil langkah tegas untuk memberikan trauma healing 12 santriwati yang menjadi korban pemerkosaan di salah satu pesantren di Kota Bandung.

Kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum pemilik sekaligus pengurus pondok pesantren Rumah Tahfiz Al Ikhlas terus bergulir.

Dikutip Desk Jabar dari Instagram @ridwankamil, 8 Desember 2021, berikut merupakan penjelasan terkait kasus kekerasan seksual yang terjadi di Bandung, Jawa Barat:

1. Pelaku sudah ditangkap polisi dan sedang diadili di pengadilan. Tempat bersekolahnya langsung ditutup.

Semoga pengadilan bisa menghukum seberat-beratnya dengan pasal sebanyak-banyaknya kepada pelaku yang biadab dan tidak bermoral ini.

Baca Juga: MUI Mengutuk Keras Kasus Pemerkosaan 13 Santriwati oleh Oknum Guru di Pesantren Bandung

2. Anak-anak santriwati yang menjadi korban, sudah dan sedang diurus oleh tim DP3AKB Provinsi Jawa Barat untuk trauma healing dan disiapkan pola pendidikan baru sesuai hak tumbuh kembangnya.

3. Meminta forum institusi pendidikan/forum pesantren untuk saling mengingatkan jika ada praktik-praktik pendidikan yang di luar kewajaran.

4. Juga agar aparat setempat di level desa/kelurahan agar selalu memonitor setiap kegiatan publik yang berada di wilayah kewenangannya.

5. Kepada para orang tua, diminta rajin dan rutin memonitor situasi pendidikan anak-anaknya di sekolah berasrama, sehingga selalu up to date terkait keseharian anak-anaknya.

Pada akhir kalimat, Ia juga berharap agar kejadian serupa tidak terulang lagi, dan semoga keadilan bisa dihadirkan pada kasus ini.

Meskipun pelaku kekerasan seksual terhadap santriwati tersebut sudah ditangkap pada tanggal 18 Mei 2021, namun kasus ini baru mencuat beberapa waktu lalu setelah pihak keluarga gusar tidak adanya laporan perkembangan kasus.

Baca Juga: Hubungan Amerika dan China Memanas, Kini Inggris dan Kanada Boikot Olimpiade Beijing, Alasannya Kekejaman HAM

Sekilas tentang trauma healing

Sekilas tentang trauma healing 12 santriwati korban kasus pemerkosaan di sebuah pesantren di Kota Bandung.

Dikutip dari pycologytoday, trauma healing adalah proses penyembuhan pasca trauma yang dilakukan seseorang agar dapat kembali menjalani aktivitas seperti biasa, tanpa terpengaruh bayang-bayang dari kejadian masa lalu.

Mengapa trauma healing 12 santriwati korban pemerkosaan ini sangat penting?

Trauma terjadi ketika puncak siklus gairah berada di atas ambang batas seseorang, yang berarti bahwa mereka tidak lagi berada dalam jendela toleransi.

Trauma bukanlah hal yang memalukan. Itu bukan kelemahan atau kekurangan tetapi alat tubuh yang efektif untuk membuat kita tetap aman dan bertahan. Trauma bukanlah suatu peristiwa tetapi respons refleksif yang dimiliki tubuh kita terhadap peristiwa yang mengejutkan.

Trauma memanifestasikan dirinya sebagai beberapa kombinasi dari rasa sakit, ketakutan , kecemasan , ketakutan, perilaku reaktif dan penyempitan, berakar pada sistem respon stres penerbangan-fight-freeze-samar kami (misalnya, berlari, menembak, menarik diri, mati rasa, masing-masing). Respon trauma setiap orang adalah unik. Pikiran yang sadar dan logis tidak dapat mengeluarkan trauma dari tubuh. Pendekatan penyembuhan lain harus digunakan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Kecam Kasus Pemerkosaan 13 Santriwati di Lembaga Pendidikan Keagamaan di Kota Bandung

Baca Juga: PENYEBAB LUKA di Kaki Danu Terungkap, Ternyata Gara-gara Ini, Update Kasus Pembunuhan di Subang

Tidak sembuh-sembuh, trauma bisa tersangkut dan menetap di tubuh, membuat kita reaktif terhadap pemicu sosial dari trauma tersebut seumur hidup (trauma retention). Reaktivitas tersebut dapat diturunkan ke generasi berikutnya, dan bahkan diteruskan ke orang lain, komunitas, dan budaya.

Dalam situasi traumatis asli, individu tidak dapat merespons, tidak berdaya dalam beberapa cara, dan perilaku kontra digagalkan (misalnya, tidak dapat melarikan diri sebagai bayi). Kadang-kadang individu memerankan kembali situasi yang membuat trauma tanpa niat, mengatur diri mereka sendiri untuk menghadapi situasi yang sama, menawarkan kemungkinan untuk bereaksi dengan cara yang berbeda. Penyembuhan trauma tertentu sering terjadi ketika individu memiliki kesempatan untuk menyelesaikan tindakan dalam kenyataan atau dalam imajinasi (dalam terapi ).

Setiap orang perlu memetabolisme trauma mereka, untuk mengatasinya dan keluar darinya dengan tubuh mereka, bukan hanya dengan pikiran sadar mereka. Penyembuhan trauma perlu dilakukan secara perlahan, mengamati reaksi tubuh, belajar tenang atau tenang.

Penyembuhan kelompok juga penting. Kegiatan untuk kelompok dengan orang lain yang dapat dipercaya termasuk bersenandung, bernyanyi, bergoyang, menari rakyat, memijat tangan atau kaki, bernapas dalam-dalam bersama dalam keheningan.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Instagram/@ridwankamil Psychology Today

Tags

Terkini

Terpopuler