DESKJABAR - Seorang perempuan 37 tahun asal Belgia penerima vaksin Covid-19 Janssen buatan Johnson & Johnson (J&J), dikabarkan meninggal dunia.
Ia diduga mengalami pembekuan darah dan penurunan trombosit setelah menerima vaksin Covid-19 buatan perusahaan Amerika Serikat tersebut.
"Konferensi antarkementerian telah memutuskan untuk menghentikan sementara waktu vaksin J&J kepada masyarakat umum usia 41 tahun ke bawah, menunggu analisis manfaat-risiko yang lebih rinci oleh EMA," kata Menteri Kesehatan Belgia dan tujuh rekan regionalnya dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Rabu.
Baca Juga: Butter Pecahkan 5 Rekor Dunia Guinness, BTS Catat Total 25 Guinness World Records
Antara juga melaporkan, EMA bersama lembaga medis di Belgia dan Slovenia, juga meninjau beberapa laporan lain soal pembekuan darah.
Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) melalui pernyataan tertulisnya, Rabu, 26 Mei 2021, juga mengungkapkan tengah menyelidiki kasus kematian perempuan itu.
Regulator obat Uni Eropa itu telah meminta produsen asal AS tersebut agar melakukan serangkaian riset tambahan untuk menyelidiki adanya kemungkinan hubungan antara vaksin dan kondisi pembekuan darah serius tetapi jarang terjadi, yang disebut thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS).
Menurut EMA, laporan kematian di Belgia itu merupakan yang pertama penggunaan vaksin Covid-19 Janssen buatan Johnson & Johnson di Uni Eropa.
Kendati demikian, sebelumnya sudah ada tiga kematian yang diduga berkaitan dengan vaksin dosis tunggal buatan perusahaan itu di Amerika Serikat.