"Ada dua pertimbangan saat itu, yaitu angka morbiditas dan mortalitas diare yang tinggi pada balita, serta kesiapan sumber daya daerah dalam pelaksanaan imunisasi," tutur Syahril.
Relatif aman dan efektif
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu menyatakan bahwa imunisasi RV relatif aman dan efektif bagi penerima manfaat.
"Secara umum, vaksin tidak menimbulkan reaksi yang serius sesudah imunisasi," ucap Maxi.
Berikut ini reaksi umum yang mungkin terjadi sebagai bagian dari respons imun terhadap vaksin RV, yaitu:
- - Demam
- - Muntah
- - Diare
- - Anak jadi rewel.
Jika anak terlewat imunisasi RV dari jadwal, menurut Maxi, dapat dilengkapi paling lambat sebelum anak berusia 6 bulan.
Ia menerangkan bahwa diare sampai saat ini masih menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian tertinggi pada bayi.
Baca Juga: Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan Perlu Nutrisi Tepat agar Tumbuh Kembang Optimal
Berdasarkan data dari Indonesian Rotavirus Surveillance Network (IRSN), penyebab sekitar 45 persen kasus rawat inap pada balita adalah diare cair akut dari rotavirus.
Selanjutnya, sekitar 9,8 persen kematian bayi di bawah 12 bulan dan 4,55 persen kematian pada balita usia 12-59 bulan di Indonesia disebabkan diare.***