Zaidul Akbar Sebut Puasa Pengaruhi Iman, Penelitian Terkini Kaitkan Puasa dengan Kondisi Mental

- 11 April 2022, 08:22 WIB
Zaidul Akbar mengutip Ibnu Qoyyim Rahimahullah yang menyatakan bahwa banyak makan adalah salah satu penyebab berkurangnya iman.
Zaidul Akbar mengutip Ibnu Qoyyim Rahimahullah yang menyatakan bahwa banyak makan adalah salah satu penyebab berkurangnya iman. /Instagram @zaidulakbar/

DESKJABAR - Zaidul Akbar dalam unggahannya di akun Instagram pribadi, @zaidulakbar, mengutip Ibnu Qoyyim Rahimahullah yang menyatakan bahwa banyak makan adalah salah satu penyebab berkurangnya iman.

Menurut Zaidul Akbar, pendapat Ibnu Qoyyim Rahimahullah tersebut berarti terlalu banyak makan akan menyebabkan iman seseorang melemah.

Zaidul Akbar kemudian menyimpulkan dari kutipan tersebut bahwa kewajiban untuk berpuasa saat Ramadhan adalah tanda kasih sayang Allah untuk menaikkan iman umat Muslim di bulan tersebut.

 

Baca Juga: Niat Puasa Ramadhan 2022 yang Benar, Baca Romadhona atau Romadhoni? Buya Yahya Kasih Solusi

Perintah wajib untuk berpuasa ini bermanfaat untuk memperbanyak apa yang disebut Zaidul Akbar sebagai “makanan” untuk iman dan keyakinan.

Makanan untuk iman dan keyakinan tersebut adalah amal sholeh. 

Menurut Zaidul Akbar berdasarkan surat Al Baqarah, hakikat berpuasa adalah sebagai tempat belajar disiplin, bertanggung jawab, taat, mengendalikan yang tak penting, dan dermawan.

Zaidul Akbar menyatakan bahwa pelajaran dari berpuasa itu sebagian besar hanya bisa dilakukan saat berpuasa atau mengosongkan perut.

Zaidul Akbar juga menganggap puasa sebagai suatu ruang dialog antara jiwa dan Sang Khalik.

Menurut Zaidul Akbar, ruang dialog ini sengaja Allah berikan agar jiwa tersebut bisa “mengobrol” lebih banyak, lebih intensif dengan pemiliknya yang dilakukan dalam kondisi berpuasa.

Baca Juga: ALHAMDULILLAH Ramadhan 2022 Tiba, Syekh Ali Jaber: Ramadhan Mampu Hanguskan Segala Dosa Kita, Inilah Doanya

Zaidul Akbar juga menegaskan bahwa Ramadhan adalah bulan iman bukan bulan makanan minuman sehingga, dengan mengurangi makanan minuman dan memperbanyak ibadah maka iman akan meningkat.

Keuntungan dari segi mental

Hal serupa juga ditemukan oleh para peneliti Barat terkait hubungan puasa dan keuntungan dari segi mental.

WebMD menemukan beberapa penelitian yang menyatakan keterkaitan puasa dengan keadaan mental seseorang.

Dalam artikel berjudul “Psychological Benefits of Fasting” bahwa saat berpuasa, berpuasa, tubuh memiliki lebih sedikit bahan beracun yang mengalir melalui darah dan sistem limfatik, sehingga mempermudah kemampuannya untuk berpikir. 

Menurut penelitian yang dikutip WebMD, kemudahan berpikir itu disebabkan saat berpuasa, energi yang biasanya digunakan untuk mencerna makanan tersedia untuk digunakan oleh otak.

Baca Juga: Apakah Tahniq Berbahaya? Ini Jawaban dari Dr. Zaidul Akbar dan Penjelasannya

Perubahan mental ini diperkirakan tidak akan terlihat sampai beberapa hari pertama puasa. karena tubuh Anda membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. 

Meskipun kemungkinan terjadi sakit kepala di awal proses, tetapi setelah tubuh membersihkan diri dari racun, otak akan memiliki akses ke aliran darah yang lebih bersih, menghasilkan pikiran yang lebih jernih, memori yang lebih baik, dan peningkatan ketajaman indra yang lain.

Terjadi pula redistribusi nutrisi yang nyata dalam tubuh selama seseorang berpuasa.

Puasa akan meremajakan kembali tubuh. Peremajaan ini akan melarutkan sel-sel yang sakit dan menyisakan jaringan yang sehat. 

Baca Juga: 6 Tanda Tubuh Anda Perlu Detoksifikasi dan 3 Cara Zaidul Akbar Melakukan Detox Sesuai Tuntunan Islam

Tubuh bergantung pada vitamin dan mineral berharga saat memproses dan membuang racun, jaringan tua, atau jaringan yang tidak diinginkan, sehingga redistribusi nutrisi tersebut tentu akan membantu proses peremajaan tubuh.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: webMD Instagram @zaidulakbar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah