BELAJAR dari Gambia, Inilah Langkah Sederhana untuk Mengantisipasi Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak

21 Oktober 2022, 05:58 WIB
Belajar dari kejadian di Gambia Afrika, inilah langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi kasus gangguan gagal ginjal pada anak /maxpixel.net/

DESKJABAR – Dalam sebulan terakhir kasus gagal ginjal akut pada anak menjadi perhatian masyarakat luas karena kasusnya meningkat cukup tajam.

Kasus gagal ginjal akut pada anak sebenarnya sudah muncul sejak awal tahun 2022, namun kasusnya meningkat tajam dalam sebulan terakhir.

Guna mengantisipasi kasus tersebut, belajar dari kasus serupa yang terjadi di negara Gambia, Afrika, Kemenkes memberikan langkah sederhana yang bisa dilakukan para orangtua.

Baca Juga: GEGER Kasus Gangguan Ginjal Akut Anak, Kemenkes Instruksikan Apotek Larang Jual Obat Sirup, 99 Balita Tewas

Mengutip laman kemkes.go.id, Plt Direktur Pelayanan Kesenatan Rujukan dr. Yanti Herman, MH. Kes mengemukakan bahwa kasus gagal ginjal akut pada anak ini telah terjadi pada awal tahun 2022. Namun baru mengalami peningkatan pada September 2022

Menurutnya, gagal ginjal akit pada anak diketahui menyerang anak dengan di rentang usia 6 bulan-18 tahun, paling banyak terjadi pada balita.

Dengan gejala awalnya berupa infeksi saluran cerna dan gejala ISPA, gejala khas adalah jumlah air seni yang semakin berkurang bahkan tidak bisa BAK sama sekali. Pada kondisi seperti sudah fase lanjut dan harus segera dibawa ke Faskes seperti RS.

Sementara itu, sejak akhir Agustus 2022, Kemenkes dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan tajam kasus gagal ginjal akut pada anak dan saat ini penyebabnya masih dalam penelusuran dan penelitian.

Jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak, dimana angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65%.

Baca Juga: Wisata Pangalengan, Kabupaten Bandung, Mitos Ada Ikan Sebesar Pintu di Situ Cileunca

Kemenkes juga menegaskan bahwa kasus gangguan gagal ginjal akut pada anak tidak ada kaitannya dengan vaksinasi maupun infeksi COVID-19.

''Sampai saat ini kejadian gagal ginjal akut tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid 19 maupun infeksi COVID-19,'' kata dr. M Syahril, Juru Bicara Kementerian Kesehatan pada Selasa, 18 Oktober 2022.

Syahril juga menyebutkan hingga kini masih terus dilakukan pemeriksaan laboratorium dan penyebab pasti gagal ginjal akut pada anak, meski begitu upaya penelusuran kasus gagal ginjal akut terus dilakukan Kemenkes dengan menggandeng para ahli epidemiologi, Badan POM, IDAI, dan Puslabfor.

Sebagai bentuk kewaspadaan dini, dr. Syahril mengatakan bahwa Kemenkes meminta masyarakat terutama orangtua yang memiliki anak usia 0-18 tahun untuk aktif melakukan pemantauan umum dan gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut, seperti penurunan volume urine yang dikeluarkan, demam selama 14 hari, gejala ISPA, dan gejala infeksi saluran cerna.

Baca Juga: 99 Anak Meninggal Akibat Kasus Gagal Ginjal Akut, Yuk Kenali Gejalanya!

''Gagal ginjal akut pada anak ini memiliki gejala yang khas yakni penurunan volume urin secara tiba-tiba. Bila anak mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut,'' imbau dr. Syahril.

Dr.Syahril menambahkan, belajar dari kasus yang terjadi di Gambia, Afrika, Kemenkes juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan obat dengan baik dan benar sesuai dengan resep dokter maupun informasi yang tertera di kemasan obat.

Inilah langkah-langkah sederhana yang bisa dlakukan untuk memastikan konsumsi obat dengan benar dan aman bagi tubuh :

1.Gunakan obat sesuai aturan pakai

2.Jangan konsumsi obat melebihi dosis yang ditentukan

3.Baca peringatan dalam kemasan obat

Baca Juga: Squad Argentina di Piala Dunia 2022 Qatar Masuk Daftar Favorit, Bagi Lionel Messi Merupakan Ajang Terakhir

4.Pastikan obat tidak kadaluwarsa

5.Jangan konsumsi sisa obat sirup yang sudah terbuka dan disimpan lama

6.Hindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu untuk mencegah terjadinya resistensi

7.Laporkan efek samping obat yang anda rasakan kepada tenaga kesehatan terdekat atau melalui aplikasi layanan BPOM Mobile

8.Dapatkan obat dari sarana pelayanan kefarmasian yang resmi atau berizin.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: kemkes.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler