5 Gejala Buah Hati Mungkin Idap Gangguan Ginjal Akut Misterius, Orang Tua Wajib Waspada, Tren Usia 1-5 Tahun

17 Oktober 2022, 11:32 WIB
Ilustrasi siluet anak. IDAI melaporkan temuan 152 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di seluruh Indonesia. /Pixabay/ha11ok/

DESKJABAR - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih mendalami gangguan ginjal akut misterius (acute kidney injury) progresif atipikal pada anak.

Berdasarkan data yang dihimpun sejak 26 September hingga 14 Oktober 2022, IDAI melaporkan 152 kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia.

Temuan 152 kasus gagal ginjal akut pada anak tersebut diperoleh dari laporan 16 cabang IDAI di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Wahai Ibu Waspadai Gejala Gangguan Ginjal Akut pada Anak, Jangan Telat, di Indonesia Ada 152 Anak Mengalaminya

Baca Juga: Daftar Daerah yang Terhubung Tol Yogyakarta-Bawen, Rampung Konstruksi pada Akhir 2023, Respons Netizen Beragam

Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso dalam Media Briefieng Kewaspadaan Dini Gangguan Ginjal Akut Pada Anak secara daring di Jakarta, Jumat, 14 Oktober 2022, menyebutkan, tren usia pasien gagal ginjal akut didominasi oleh anak berusia 1-5 tahun.

Piprim mengimbau masyarakat tetap tenang dan terus mengikuti perkembangan berita gagal ginjal akut ada anak dari sumber yang terpercaya seperti media sosial milik IDAI atau Kemenkes RI.

Orang tua diharapkan bisa mengetahui 5 gejala berikut ini yang dapat menjadi pertanda anak mengidap gangguan ginjal akut misterius:

- Berkurangnya jumlah urine atau tidak ada urine sama sekali.

- Demam

- Diare

- Muntah

- Batuk dan pilek.

Baca Juga: PERLU TAHU, 5 Jenis Ikan Ini Aman Dikonsumsi Penderita Kolesterol, Nomor 5 Banyak Ditemukan di Tanah Air

Orang tua harus bisa memahami bila buah hati mengalami gejala tersebut dalam kurun waktu 1-2 minggu sebelum terjadinya gagal ginjal akut misterius.

Untuk profil klinisnya, Piprim menjelaskan, sebanyak 44,1 persen pasien pada gejala prodromal atau sebelum kejadian mengalami infeksi saluran cerna, 18,4 persen menderita gangguan saluran pernafasan atas (ISPA), serta 30,3 persen mengalami demam.

"Gejala acute kidney injury, olguria atau kencingnya lebih sedikit ada 24,3 persen. Dengan anuria sudah tidak ada kencing sama sekali itu 69 persen. Sisanya tidak diketahui," tutur Piprim seperti dilansir Antara.

Saat ini, IDAI masih melacak dan mengumpulkan data penemuan kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di berbagai daerah di Indonesia.

IDAI juga mendorong tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan untuk melaporkan temuan kasus gangguan ginjal akut misterius kepada Kemenkes atau Dinas Kesehatan setempat.

Baca Juga: Kode Redeem FF Masih Aktif 17 Oktober 2022, Bisa Klaim FAMAS Moonwalk, Dawnlit Drago, Pink Devil, Dll

Kemenkes bentuk tim investigasi

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa Kemenkes RI telah membentuk tim investigasi untuk mengetahui penyebab penyakit.

Tim investigasi untuk menyelidiki dan menangani kasus gangguan ginjal akut misterius tersebut terdiri atas IDAI dan Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM).

Kemenkes RI juga telah menerbitkan tata laksana dan manajemen klinis gangguan ginjal akut progresif atipikal.

Di samping itu, Kemenkes RI berkoordinasi dengan pakar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang melakukan investigasi kasus serupa di Gambia.

Hingga saat ini, tercatat 14 provinsi melaporkan adanya kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak.

Baca Juga: SIM Keliling Bandung, Jadwal dan Lokasi Pekan Ini, 17-23 Oktober 2022, Cukup Datangi yang Terdekat

DKI Jakarta menjadi yang terbanyak melaporkan kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak, lalu Provinsi Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh, Bali, dan Yogyakarta.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: IDAI Kemenkes Antara

Tags

Terkini

Terpopuler