DESKJABAR – Nilai tukar kurs Dolar AS yang sedang naik terhadap Rupiah, tidak otomatis usaha pertanian ikut menikmati peningkatan pendapatan dari pasar ekspor. Kalangan pertanian ubi cilembu di Sumedang, Jawa Barat mengaku tidak memperoleh manfaat karena selama ini dibayar Rupiah.
Komoditas ubi cilembu kualitas A banyak laris diminati di Jepang, Korea, Hongkong, Singapura, Malaysia, dll. Karena itu, panenan ubi cilembu kualitas utama menjadi cepat habis di tingkat bandar, untuk memenuhi kontrak ekspor ke sejumlah negara.
Pada November 2023, pasokan ubi cilembu sedang minim pada sentra produksi di Pamulihan dan Tanjungsari, Sumedang karena terpengaruh kemarau panjang lalu. Namun pasokan ubi cilembu masih ada dari beberapa lokasi yang terjamin pengairan, sementara secara umum para petani baru mulai kembali menanam.
Baca Juga: Di Sumedang, Pencurian Ubi Cilembu Sedang Marak, Harga Panen Pertanian Sedang Mahal
Situasi perdagangan
Menurut Haji Suhaya dari PT Bonavista, Cilembu, Sumedang, Rabu, 22 November 2023, mengatakan, bahwa selama ini para pedagang besar dan petani ubi cilembu hanya memperoleh pembayaran menggunakan mata uang Rupiah. Yang dibayar pakai mata uang Dolar AS kemungkinan para eksportir.
“Jadi ya setiap kali nilai tukar Dolar AS sedang melonjak, kami pedagang besar apalagi petani, yang tidak mengalami pengaruh apa pun. Nah anehnya, jika ada pebisnis lokal ubi cilembu ada masalah soal kiriman, pembeli di luar negeri mengenakan denda menggunakan mata uang Dolar, ” ujar Haji Suhaya.