Pasar Teh Dunia 2023 Tumbuh, Perkebunan Teh di Indonesia Dicuekin Dunia ?

- 2 Mei 2023, 14:19 WIB
Suasana pengolahan teh di Pabrik Teh Tanara perkebunan Malabar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dan gambaran pasar teh dunia 2023
Suasana pengolahan teh di Pabrik Teh Tanara perkebunan Malabar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dan gambaran pasar teh dunia 2023 /Kodar Solihat/DeskJabar.com

DESKJABAR – Pasar komoditas teh dunia pada tahun 2023 dikabarkan meninggi, pada kondisi usaha perkebunan dan industri teh berbagai negara penghasil dengan masalahnya masing-masing. Uniknya, ada pembahasan teh dunia tahun 2023, Indonesia tidak disebut-sebut entah mengapa.

Dikutip Deskjabar.com dari ulasan worldteanews.com ditulis John Snell unggahan 24 Maret 2023, pembahasan soal industri teh dunia itu hanya disebut negara Turki, Vietnam, Cina, Argentina, Sri Lanka, India, Nepal, dan Kenya. Sedangkan Indonesia tidak disebut-sebut, padahal negara ini diketahui sangat banyak perkebunan teh, terutama di Jawa Barat.

John Snell menghadiri World Tea Conference + Expo 2023, di las Vegas, Amerika Serikat, 27-29 Maret 2023. John Snell adalah , konsultan NMTeaB, telah menghabiskan 40 tahun di industri teh, menangani merek global hingga pedagang dan pengemas label pribadi, dalam pengelolaan pengadaan, pengembangan, dan keberlanjutan.

Baca Juga: PTPN VIII Gunakan Mesin Petik Listrik di Perkebunan Teh, Produksi Ramah Lingkungan

Gambaran usaha perkebunan dan industri teh dunia

Berikut ini hasil bahasan John Snell soal bisnis teh dari negara-negara penghasil teh dunia tahun 2023.

Turki, pada negara ini banyak terdapat perkebunan teh, sedang berupaya bangkit pasar domestik karena terpengaruh tragedi gempa dahsyat. Pasar teh Turki umumnya domestik karena masyarakat negara itu konsumen sangat tinggi teh (lebih dari 3 kg per orang per tahun).

Produksi teh di Turki diprediksi turun pada tahun 2023 ini, karena juga terganggu kondisi gangguan iklim untuk produksi teh di perkebunan. Juga penurunan jumlah tenaga kerja pemetik teh, serta dampak biaya pupuk karena perang di utara (mungkin yang dimaksud Rusia vs Ukraina).

Hal paling menarik pada industri dan perdagangan teh di Turki, adalah usaha perkebunan teh jauh lebih menarik dibandingkan sayuran. Usaha produksi teh olahan secara rumahan berkembang pesat, dengan didukung e-commerce membuat promosi teh buatan Turki lebih gencar.

 Baca Juga: PTPN VIII Genjot Pemasaran Teh ke Eropa dan Australia, Bangkitkan Bisnis Perkebunan Teh

Vietnam, negara ini agak mirip dengan Turki dalam luasan areal usaha perkebunan teh. Tetapi, Vietnam adalah “kuda hitam” dalam dunia ekspor teh, karena sebagian besar produknya menemukan jalan ke utara, melintasi perbatasan ke Cina, lolos dari pengakuan ekspor.

Teh setengah jadi dari Vietnam harganya lebih murah, yang diolah lagi oleh negara-negara importir. Produk teh hitam Vietnam bersaing agresif di pasar dunia, terutama memanfaatkan gejolak politik dan ekonomi di Sri Lanka. Vietnam memperluas areal perkebunan teh pada tahun 2023 ini.

Cina, raksasa dunia teh, baik produksi maupun konsumsi, sedang mengharapkan tahun panen yang normal. Namun, tiga bulan pertama tahun 2023 terpengaruh penurunan ekonomi global, mengubah corak penjualan tersebut, dari produk harga lebih tinggi ke produk dengan harga lebih rendah.

Secara keseluruhan, Cina pasca pandemi Covid-19, bersiap-siap meningkatkan ekspor tetapi juga banyak membeli teh. Negara itu mengincar kelancaran angkutan kapal laut dunia, jika berbagai pelabuhan sudah kembali lancar operasionalnya.

 Baca Juga: Teh Hijau Ala Kampung Kini Menjadi Buruan Wisata ke Purwakarta Sambil Melihat Perkebunan Teh Rakyat

Argentina, walau produksi teh mulai pulih, tetapi masih berupaya keras pada sektor perdagangan komoditas itu. Sebelumnya, para petani teh Argentina banyak membongkar tanaman mengubah usahanya kepada komoditas lainnya. Banyak usaha pengolahan teh bangkrut dampak krisis ekonomi di Argentina, dan dampak meningginya bahan bakar sehingga biaya produksi lebih tinggi.

Namun konsumsi teh di Argentina mulai bergerak karena minuman es teh banyak kembali digemari masyarakat negara itu. Namun masih terjadi penumpukan stok teh, walau permintaan pasar kembali tinggi, tetapi distribusi stok masih rendah.

Sri Lanka, salah satu pengekspor teh terbesar, namun negara ini sedang terjerat hutang sangat besar dampak politik berkubu negara Cina. Di Sri Lanka pemupukan tanaman hampir tidak dilakukan karena tidak lagi mampu membeli, sehingga produksi teh anjlok, dan kini mulai terjadi krisis produksi beras.

Uniknya, harga jual teh Sri Lanka malah melonjak di pasar lelang dan banyak dibutuhkan pada pasar tradisional, terutama di Rusia, Asia Tengah dan Timur Tengah. Para pelanggan teh Sri Lanka terpaksa mencari di tempat lain untuk mengisi kebutuhan dengan harga dapat diterima. India, Vietnam, dan Afrika Timur ketiban untung mengisi pasar Sri Lanka.

Walau kemudian produksi teh Sri Lanka bakalan pulih, tetapi para pelanggan mungkin belum tentu kembali. Sebab, mereka sudah punya pilihan dari negara-negara lain yang mungkin kualitas sama tetapi harga lebih murah.

Baca Juga: Green Tea alias Teh Hijau Kini Jadi Minuman Laris Bergengsi, Peluang Kebangkitan Perkebunan Teh 

India, disebut sebagai penyumbang krisis Sri Lanka, juga memiliki kesengsaraannya sendiri. India mengalami dampak perubahan iklim selama beberapa tahun belakangan ini. Di India terjadi peningkatan serangan hama tanaman teh, dan pasarnya sedang dipusingkan ambang batas residu maksimum.

India diuntungkan karena pasar konsumsi domestik teh yang sangat besar dan terus meningkat. Namun industri teh India, sedang terjadi persoalan kurang kondusif antara usaha inti vs plasma (perusahaaan perkebunan vs petani).

Kondisi lain dialami, di India, sektor usaha perkebunan teh kini sedang kondisi sulit dan sedang tidak menarik bagi para pengusaha. Rehabilitasi tanaman teh sedang buruk di India, karena umumnya tidak dilakukan sehingga kebanyakan tanaman teh tua.

Baca Juga: Nasib Perkebunan Teh Rakyat di Purwakarta Menjelang Kematian ?  Macet Keuangan Jadi Penyebab

Nepal, sektor petani kecil mulai terkenal, dengan teh-teh yang diminati dikembangkan selaras Darjeeling India. Sebagian kalangan petani teh di Nepal mulai menemukan pasar dan hasil usaha bagus, karena biaya produksi lebih rendah. Tetapi mereka menjadi terkunci dengan semacam perjanjian dengan pebisnis di India.

Kenya, industri negara ini tidak mengalami masalah biaya produksi sebagai harga jual. Tetapi pemerintah Kenya melakukan campur tangan politik langsung untuk bisnis teh, dengan mengutamakan peningkatan produktivitas teh terhadap kalangan petani.

Namun ternyata terjadi ketidakseimbangan hasil usaha pada tahun 2021. Permintaan teh dari Kenya terus meningkat, tetapi yang meraup keuntungan besar adalah para kartel pebisnis teh, sedangkan petani teh tetap miskin. Nasib para petani teh di Kenya penghasil pucuk, ketika itu seakan ditangisi dunia.

Sejak tahun 2022, kemajuan usaha teh di Kenya terjadi, lebih kepada hasil olahan yang luar biasa, terutama jenis CTC dan ortodoks. Para petani teh di Kenya kini bangkit karena menjadi memiliki kelompok mandiri baik produksi dan pemasaran, sehingga memiliki celah pasar sendiri.

 Baca Juga: Jutaan Bibit Teh di Purwakarta Gagal Terjual pada Musim Tanam Perkebunan Jawa Barat Awal 2023

Bagaimana nasib usaha perkebunan teh di Indonesia ?

Berdasarkan catatan DeskJabar.com, di Indonesia usaha perkebunan diketahui terdiri tiga kelompok, yaitu perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta, dan perkebunan rakyat.

Usaha perkebunan besar teh negara kini sedang kembali dilakukan reorganisasi dari pemerintah untuk kedelapan kali. Usaha perkebunan teh negara kini sedang sibuk mengurusi dimasukan kepada perusahaan bentukan baru, yaitu Supporting Co, menggantikan PT Perkebunan Nusantara yang segera berakhir nasibnya.

Lain halnya unit perkebunan besar swasta, diketahui industri hilirnya sudah kuat menguasai pasar domestik. Mereka banyak memiliki perkebunan teh sendiri, sebagai bahan baku pucuk teh yang kontinyu. Sedangkan unit perkebunan teh swasta yang hanya memproduksi setengah jadi, mengandalkan pelanggan masing-masing.

Namun untuk perkebunan teh rakyat, dimana dominan ada di Jawa Barat, kondisinya berbeda-beda. Tampak banyak yang kini tidak terurus karena persoalan pembayaran hasil penjualan ke pabrik, namun ada juga yang tetap bagus karena keuangan hasil penjualan lancar diterima dari pabrik. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: worldteanews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x