Thomas memaparkan perannya Bosscha, salah satunya pada tahun 1997, Jasinta membuat basis data bintang ganda visual yang diamati selama 70 tahun sejak 1924. Basis data tersebut mengkompilasi sekitar 10.000 data dari 600 pasang bintang ganda.
Baca Juga: Bupati Ciamis Herdiat Sunarya Minta ASN Menjaga Netralitas dan Kondusifitas Jelang Pemilu 2024
Sekitar 60 pasang di antaranya memiliki orbit yang telah lengkap digambarkan. Lebih dari 20 publikasi dijadikan rujukan dalam penyusunan basis data tersebut. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Observatorium Bosscha dalam riset bintang ganda khususnya di langit selatan.
Observatorium Timau NTT, Terbesar di Asia Tenggara
Thomas Djamaluddin memaparkan bahwa tantangan terbesar bagi observatorium optik adalah ancaman polusi cahaya dari perkembangan kota di sekitarnya. Sedangkan untuk observatorium radio tantangannya adalah ancaman penggunaan frekuensi radio.
Ancaman tersebut sudah dialami Observatorium Bosscha akibat polusi cahaya di daerah Bandung. Itu sebabnya, pada tahun 2000-an, para astronom dan periset dari ITB khususnya dari prodi Astronomi melakukan pencarian lokasi baru untuk pembangunan observatorium.
Menurut penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa daerah Nusa Tenggara Timur adalah wilayah terbaik untuk lokasi observatorium, tepatnya di Gunung Timau, Kabupaten Kupang.
Akhirnya, dengan kerja keras dan kerja sama antar pihak terkait, pembangunan Observatorium Nasional mendapat alokasi anggaran dan program pembangunan dimulai tahun 2019. Tetapi karena kendala pandemi Covid, maka pembangunannya tertunda.
Baca Juga: Pembagian Grup Kejuaraan Badminton Junior Asia 2023, Indonesia di Grup A Bersama Tim Tangguh
Observatorium Nasional ini diharapkan dapat bertahan minimal 50 tahun seperti Observatorium Bosscha. Untuk itu, digagas Taman Nasional Langit Gelap, suatu konsep wisata khas yang memanfaatkan keindahan langit malam bertabur bintang.