Peran Penting Observatorium Bosscha
Observatorium Bosscha yang diresmikan pada tahun 1923, saat ini telah menjelma menjadi fasilitas penting yang telah memberikan peran penting dalam pengembangan astronomi di Indonesia.
Peran Observatorium Bosscha sebagai fasilitas penelitian dan pendidikan membuatnya banyak dikunjungi oleh kalangan akademisi seperti mahasiswa dan peneliti dari institusi lain.
Sejak tahun 2017, Observatorium Bosscha memiliki sebuah faculty house yang dulu diperuntukan sebagai rumah dinas direktur observatorium. Fasilitas yang dinamai Wisma Kerkhoven ini kini banyak digunakan untuk keperluan pertemuan seperti kolokium, workshop, atau rapat internal.
Bosscha menjadi tempat penelitian dan pengamatan bagi para astronom dan peneliti dari berbagai negara, termasuk Belanda, Jerman, dan Indonesia. Pada tahun 1950-an, Bosscha juga menjadi tempat pengembangan ilmu astronomi di Indonesia melalui program pendidikan dan pelatihan bagi para astronom muda Indonesia.
Mengutip dari laman itb.ac.id, dalam orasi ilmiahnya, Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa ada tiga faktor utama terwujudnya observatorium di Jawa.
Pertama, karena alasan scientific yakni perlunya observatorium di belahan bumi selatan. Kedua, adanya dorongan dari astronom Dr. J.G.E. Voute yang tertarik dengan pengamatan bintang ganda. Ketiga, adanya dukungan yang kuat dari Bosscha.
Dengan dukungan berbagai pihak terkait, akhirnya observatorium pertama di Jawa bisa diwujudkan yakni Observatorium Bosscha dengan Voute sebagai direktur pertama.
Observatorium Bosscha dilengkapi 3 teleskop besar yakni Teleskop Zeiss, Teleskop Bamberg, dan Teleskop Schmidt “Bimasakti”.
Selain teleskop besar, terdapat juga beberapa teleskop kecil yang digunakan untuk riset dan pendidikan. Untuk pengembangan riset dan pendidikan multi panjang gelombang, dikembangkan teleskop radio kecil.