Hal ini dapat berkaitan dengan mengidentifikasi masalah dalam konteks tertentu dalam hal pembelajaran.
Untuk gagasan masalahnya bisa diangkat dari praktik pembelajaran keseharian yang dapat dirasakan oleh guru atau siswa atau keduanya.
Baca Juga: Liburan di Ciater, Subang, Aura Kasih Menikmati Perkebunan Teh PTPN VIII dan Asep Stroberi
Harus bersifat kontekstual, agar upaya penyelesaian atau pemecahannya demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru dan mutu sekolah tidak terlepas dari konteksnya. Yaitu dengan cara merefleksi diri yaitu sebagai praktisi dalam pelaksanaan tugas-tugas kesehariannya sekaligus secara sistemik meneliti dirinya sendiri.
Harus bersifat kolaboratif dan partisipatif antara guru, siswa dan individu lain yang terkait dalam proses pembelajaran, berupa suatu satuan kerja sama secara langsung atau tidak langsung dengan perspektif berbeda.
Contoh: bagi guru demi meningkatkan profesionalismenya, bagi siswa untuk meningkatkan presasti belajarnya.
Kolaborasi diartikan sebagai kerja sama saling tukar menukar ide untuk melakukan aksi dalam rangka memecahkan masalah.
Harus bersifat self-evaluatif (evaluatif dan reflektif), yaitu berupa kegiatan mengevaluasi dan merefleksikan praktik pembelajaran yang dikelola, dengan tujuan akhir agar meningkatkan perbaikan dalam praktik yang dilakukan guru.
Selanjutnya harus bersifat fleksibel dan adaptif (luwes dan menyesuaikan), karena kemungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan.
Baca Juga: Hati-hati! Stres Bisa Sebabkan Demensia, Ini Cara Menjaga Fisik dan Mental Agar Jauh dari Stres