DESKJABAR - Seseorang yang bermaksiat, baik bermaksiat secara langsung ataupun tanpa disadari adalah perbuatan salah.
Seperti bermaksiat melaksanakan shalat yang ditunda-tunda serta yang lainnya.
Shalat adalah bagian pokok kepatuhan dan bukti keimanan umat kepada Allah SWT.
"Quran surat ke-20 Toha ayat ke-14 yang artinya shalat itu bagian pokok pembuktian iman kita kepada Allah SWT," kata Ustadz Adi Hidayat
Dijelaskannya, "Aku adalah Allah SWT dan tak ada tuhan yang lain dipertuhankan, disembah selain Aku."
"Kata Allah SWT maka sembahlah aku. Nah bagaimana menyembahmu ya Allah, akimusholah, tunaikan shalat," jelasnya.
Di keterangan lain menjelaskan, ada orang tak shalat tapi mengaku beriman atau menunda nunda shalat, itu sudah bermaksiat.
Sebutan bermaksiat, tambahnya, ada maksiat hakkun adani adalah maksiat yang ditimbulkan dan terjadi dari anggota tubuh pada persoalan yang dilarang Allah SWT.
"Yakni percakapan yang baik, tidak mencela orang lain atau hal hal lainnya," imbuhnya.
Allah SWT mengatakan yang artinya, orang-orang beriman jangan saling mencela karena dengan mencela telah melakukan bermaksiat.
Cara mengobati untuk kembali pada jalur yang benar, kata Ustadz, adalah dengan bertaubat.
"Sedangkan taubat yang diterima Allah SWT adalah taubat dari perbuatan buruk Su'," jelas Adi Hidayat.
Perbuatan buruk Su' itu, lanjutnya, perbuatan yang menyalahi ketentuan Allah SWT.
"Seperti diminta memandang yang baik dipandang tak baik, diminta shalat malah tak shalat, diminta menjaga hal buruk malah melakukannya," tuturnya lagi.
Hal itu dijelaskan Ustadz Adi Hidayat terkait dengan shalat yang ditinggalkan apakah harus diqodo dan diunggah di kanal YouTube Adi Hidayat Official.
Judulnya adalah "Jika Meninggalkan Shalat, apakah harus diQodho? Ustadz Adi Hidayat", dirilis 15 Februari 2022.***