Apa Arti dari Malam Satu Suro? Pawai Kebo Bule Jadi Daya Tarik Keramat Masyarakat Jawa

- 26 Juli 2022, 19:01 WIB
Apa arti dari malam satu Suro? Pawai Kebo Bule jadi daya tarik keramat masyarakat Jawa. Tangkapan layar. /njogja.co.id/
Apa arti dari malam satu Suro? Pawai Kebo Bule jadi daya tarik keramat masyarakat Jawa. Tangkapan layar. /njogja.co.id/ /

Baca Juga: Kecintaan Euis Bangbung Hideung Rosmiati pada Seni Sunda, membawanya Melanglang Ke Berbagai Kota di Jawa Barat

Dia kemudian kembali dari persembunyiannya di Pondok Tegalsari ketika pemberontakan di Pecinan membakar Istana Kartasura.

Tidak seperti perayaan di Solo, di Yogyakarta, mengadakan malam Suro seringkali berarti membawa keris dan pusaka sebagai bagian dari karnaval.

Para abdi dalem keraton, hasil beberapa sumber daya alam berupa gunungan tumpeng dan pusaka merupakan sajian istimewa dalam prosesi yang biasanya berlangsung dalam tradisi Malam Satu Suro.

Perayaan malam tradisional Suro menekankan kedamaian dan keamanan batin.

Jadi, pada malam Suro, sering diselingi dengan nyanyian oleh semua orang yang hadir untuk merayakannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan mengusir kejahatan.

Selain itu, masyarakat Jawa pada umumnya selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melakukan hal-hal yang baik selama bulan Suro.

Tradisi suro di malam hari berbeda-beda tergantung dari daerah dimana ia terlihat.

Misalnya Tapa Bisu, atau mengunci mulut pada saat ritual ini.

Hal ini dapat dipahami sebagai upacara berdoa untuk perdamaian, untuk mengingat apa yang telah kita lakukan sepanjang tahun dan menantikan tahun baru yang cerah.

Malam 1 Suro tahun 2022 jatuh pada tanggal 30 Juli 2022. Jadi kapan 1 Muharram 1444 H? 1 Muharram 1444 H juga jatuh pada tanggal 30 Juli 2022.

Baca Juga: Profil dan Biodata Robi Darwis Pemain Muda Persib, Debutan Berbakat dan Penuh Semangat Memperbaiki Diri

Bagi masyarakat adat Jawa, malam 1 Suro merupakan salah satu malam tersuci dalam upacara reta yang sakral.

Namun, kerbau keturunan Kyai Slamet yang menjadi salah satu pusaka Keraton Kasunanan Surakarta bernama Kyai Bodong itu mati pada Selasa (4/11/2014) pukul 18.30 WIB.

Adik ipar Keraton Kasunanan Surakarta KRMH Satryo Hadinagoro mengatakan bahwa Kyai Bodong meninggal karena tombak di Taman Seruni, Solo Baru, Sukoharjo pada pertengahan Oktober atau sebelum karnaval suro.***

Halaman:

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah