Sosok yang pertama menyerupai wanita cantik yang dapat mempesona siapa saja, kedua sosok ular, dan yang ketiga sosok setengah ular dan setengah manusia. Dari kepala hingga pinggang manusia, kebawahnya adalah sosok ular besar.
Badarawuhi mengubah bentuk tersebut sesuai dengan maksud dan tujuannya dalam memikat manusia. Dalam kasus KKN di desa penari, Badarawuhi mengubah bentuk karena menyukai salah satu mahasiswa yang KKN serta murka pada ia yang melanggar.
Dalam terawangannya, Om Hao melihat kejadian sebenarnya banyak penari yang masih gadis meninggal setelah melakukan tarian untuk hajatan.
Hajatan berlangsung dengan sangat meriah, sekitar 100 warga desa mengunjungi hajatan tersebut, dan makanan berlimpah. Yang menurut Om Hao, hajatan itu merupakan perayaan terpilihnya kepala desa.
Pesta itu diadakan malam hari, lebih dari jam 10 malam. Yang butuh hiburan tidak semata dari manusia. Tapi dari dimensi astral, yang konon menurut Om Hao tempat keramat tersebut memiliki dua tempat berbeda.
Yakni yang terlihat dan tak terlihat. Sehingga, penari yang ada di golongan tak terlihat (makhluk astral), seringkali merasuki gadis-gadis penari manusia. Hilang kesadaran tetapi tetap menari.
Gadis penari yang rentang usianya dari 14 hingga 16 tahun sebelumnya wajib melakukan ritual mandi di candi dan ketika mandi harus kuat ketika di datangi oleh ular, ular tersebut hanya melingkar badan.
Hingga ular tersebut muncul dalam mimpi dan berujar padanya "ndok cah ayuk, , tak silir regomu. Awakmu manut to," (Anak yang cantik, saya pinjam ragamu. Kamu ikuti saja).