Anton Charliyan tentang KRI Nanggala-402, Adiknya Pernah Jadi Komandan Kapal Selam Kini Tergolek Tak Berdaya

- 28 April 2021, 11:47 WIB
Anton Charliyan (kiri) dan adiknya Iwa Kartiwa (kanan).
Anton Charliyan (kiri) dan adiknya Iwa Kartiwa (kanan). /Istimewa

Pengganti Iwa Kartiwa yakni Kolonel Jefri, jelas Bah Anton, ternyata bernasib lebih tragis lagi. Dia meninggal pada saat latihan Simulasi tahun 2020. Ia tidak bisa keluar dari kapal.

“Itulah salah satu bagian dari pengorbanan dan risiko para awak kapal selam Indonesia sebagai prajurit prajurit terbaik untuk bangsa dan Negara”, tuturnya.

Baca Juga: Dituding Tindak Terorisme, Munarman Ajukan Gugatan Praperadilan

Menurut Bah Anton, ditugaskan di Kapal Selam memang harus siap segalanya. Ketika kapal mulai menyelam --mengambil istilah para awaknya—saat itulah mereka masuk “kuburan”. Tidak ada satu lubang jalan pun untuk bisa keluar. Hanya tekad dan pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan Negara lah yang membuat mereka tetap semangat untuk bisa bertahan melaksanakan tugas.

Karena kondisi itu pulalah, kata Anton, tradisi religius di lingkungan para prajurit Pasukan Khusus Satsel (yang bertugas di Kapal Selam) sangat kuat sekali. Mereka senantiasa rajin beribadah. Bagi yang muslim pasti rajin puasa Senin Kamis, ngaji, tahajud dan kegiatan ibadah lainnya.

Papar Bang Anton pula, pada saat kapal sudah menyelam,  bila terjadi  trouble sedikit saja, sama juga berhadapan dengan kematian. Bila prajurit lain di darat atau di udara, masih ada kemungkinan lain untuk selamat atau melarikan diri, kalau di Kapal Selam mau lari ke mana ?. Artinya mereka sadar betul bahwa setiap langkah tugas di Kapal Selam akan senantiasa berhadapan dengan maut.

“Itulah sekelumit suka duka dan perjuangan Pasukan Khusus Kapal Selam. Saya bisa berceritera begini karena menyaksikan langsung kehidupan adik kandung saya sendiri Kolonel Iwa Kartiwa yang merupakan Pasukan Khusus Kapal Selam dari pertama tugas,” pungkasnya.

Sebagai tambahan,  anggota Pasukan Khusus Kapal Selam seluruh Indonesia ternyata  tidak banyak, hanya 318 orang. Jika kemarin gugur 53 orang,  berarti kini hanya menyisakan  265 Orang.

Dengan peristiwa tenggelam dan gugurnya 53 orang awak Kapal Selam Nanggla-402, kini banyak pihak yang mendorong agar Pemerintah bisa memperhatikan nasib para awak Kapal Selam. Bukan untuk mengistimewakan, tapi melihat bobot dan risiko tugas yang diembannya begitu berat, sangat wajar bila mendapatkan imbalan kehidupan yang memadai bagi dirinya juga bagi keluarganya.***

Halaman:

Editor: Zair Mahesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah