Mujahid Anti Kekerasan Ar Rahman Ar Rahim Kecam Bom Makasar, Anton Charliyan: Perbuatan Dungu dan Super Konyol

- 29 Maret 2021, 09:23 WIB
Dr. H. Anton Charliyan, MPKN, Pembina Paguyuban Mujahid Anti Kekerasan Ar Rahman Ar Rahim
Dr. H. Anton Charliyan, MPKN, Pembina Paguyuban Mujahid Anti Kekerasan Ar Rahman Ar Rahim /DeskJabar/Istimewa/

DESKJABAR - Paguyuban Mujahid Anti Kekerasan Ar Rahman Ar Rahim, ikut mengecam keras peristiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makasar, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang terjadi Minggu 28 Maret 2021.

Bom bunuh diri di masa damai, menurutnya merupakan perbuatan dungu dan super konyol. Bom bunuh diri Makasar merupakan wujud nyata kedunguuan umat dan model “New Jahiliyah” di masa kini. Perbuatan itu sangat konyol dan memalukan.

“Apalagi terjadi di Hari Nisfu Syaban. Hal ini sangat mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai peradaban sebagai sebuah bangsa, memalukan seluruh umat, memalukan diri kita sendiri sebagai Bangsa Indonesia yangg telah menyepakati untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dan keadilan sesuai sila ketiga Pancasila”, kata Dr. H. Anton Charliyan, MPKN, Pembina Paguyuban Mujahid Anti Kekerasan Ar Rahman Ar Rahim di Tasikmalaya, Senin 29 Maret 2021.

Baca Juga: Presiden Jokowi Kutuk Aksi Terorisme di Gerbang Gereja Katedral Makassar, Korban Luka Dibiayai Negara

Baca Juga: Kilang Minyak Balongan Indramayu Kebakaran, 20 Orang Terluka, 5 di Antaranya Luka Berat

Baca Juga: Bom Gereja Katedral Makassar, Kapolda Sulsel: Punya Daya Ledak Tinggi

Mantan Kapolda Jabar dan Kadiv Humas Polri ini menegaskan, peristiwa itu sungguh sangat menyesakkan dan memprihatinkan. Sebagai sebuah bangsa besar yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, wajib saling menghormati dan anti kekerasan. Khususnya bagi umat muslim di seluruh persada Nusantara ini.

“Untuk itu kami kelompok Paguyuban Mujahid anti Kekerasan Ar Rahman Ar Rahim, mengutuk keras atas terjadinya peristiwa bom Makasar itu. Kami juga turut prihatin kepada Gereja Katedral Makasar dan seluruh umat Nasrani yang ada di Indonesia”, ujarnya.

“Kita ini sering belajar tapi ternyata tidak pernah belajar dari sejarah itu sendiri.Tidak cukupkah kita belajar dari peristiwa-peristiwa di masa lalu mulai dari Bom Bali, Bom Tahu Baru, Bom Kedubes AS, Bom Hotel Mariot bahkan sampai Bom Mabes Polri yang sudah membawa kesedihan, kepedihan, kerusakan dan korban jiwa ?”, katanya menambahkan.

Anton mempertanyakan, nilai apa sesungguhnya yang ingin diperjuangkan oleh kelompok aksi-aksi  bom bunuh diri tersebut. Baik dari sisi nilai juang spirit Nasionalis maupun nilai religius agamis. Yang jelas, ungkapnya, sebagaimana yang pernah terungkap dari peristiwa serupa sebelumnya, mereka hanyalah kelompok frustasi yang berjuang mengatasnamakan agama, berjubah agama khususnya agama Islam.

Halaman:

Editor: Zair Mahesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x