TAHUN 2022 Sebagai Tahun Terpanas Akibat Perubahan Iklim Ekstrem, Bagaimana 2023, Apa yang Harus Dilakukan?

16 Januari 2023, 08:10 WIB
WMO Menetaplan tahun 2022 sebagai tahun terpanas. Bagaimana tahun 2023? /WMO/

DESKJABAR – Badan Meterorologi Dunia (WMO) menobatkan tahun 2022 sebagai tahun terpanas dan para pakar menyebut sebagai tahun terpanas ke-6 sejak tahun 1888.

Perubahan iklim yang begitu ekstrem sepanjang tahun 2022 terlihat dari perubahan dramatis yang terjadi di zona Eropa.

Suhu di atas 20 °C diamati di banyak negara Eropa. Beberapa rekor suhu nasional dan lokal untuk bulan Desember dan Januari dipecahkan di beberapa negara dari Spanyol hingga bagian timur Eropa.

Ini mengindikasikan rekor terpanas lanjutan bisa saja terjadi di tahun 2023. Kalau itu terjadi, bisa jadi di tahun ini juga akan terjadi fenomena-fenomena ekstrem seperti yang terjadi pada tahun 2022.

Baca Juga: KE Pangandaran Lewat Tol Getaci Keluar Dimana, INILAH Daftar 10 Gerbang Tol Getaci Beserta Alamat dan Tujuan

Organisasi lingkungan, Greenpeace mendorong warga dunia untuk segera mulai langkah-langkah guna menekan terjadinya perubahan iklim yang ektrem.

Banyak Fenomena Iklim Ekstrem di Tahun 2022

WMO pada 2 bulan lalu merilis tren perkembangan suhu di zona Eropa pada 2019-2021,yang dikenal zona ini sebagai wilayah dingin. Di zona ini mengalami tren pemasanan yang terus meningkat. Pada tahun 2022, tren pemanasan terus mengalami peningkatan.

Suhu di zona Eropa telah menghangat dengan kenaikan rata-rata 0,5 derajat Celsius per dekade. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi dari semua benua, dan lebih dari 2 kali lipat rata-rata kenaikan suhu secara global.

Di Atlantik Utara bagian timur, suhu permukaan laut 1–2 °C lebih tinggi dari biasanya, bahkan di dekat pantai Iberia. Semua ini menyebabkan panas yang memecahkan rekor di beberapa negara Eropa pada Malam Tahun Baru dan Hari Tahun Baru yang baru lalu.

Suhu di atas 20 °C diamati di banyak negara Eropa, bahkan di Eropa Tengah. Beberapa rekor suhu nasional dan lokal untuk bulan Desember 2022 dan Januari Januari 2023 dipecahkan di beberapa negara dari Spanyol hingga bagian timur Eropa.

Sementara itu Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) mencatat sejumlah fenomena iklim ekstrem yang terjadi pada tahun 2022.

Rata-rata suhu permukaan daratan dan lautan bumi pada tahun 2022 adalah 1,55 derajat F (0,86 derajat C) di atas rata-rata abad ke-20 sebesar 57,0 derajat F (13,9 derajat C). Angka ini merupakan tertinggi keenam di antara semua tahun dalam catatan tahun 1880-2022. 

Kondisi iklim tahun 2022 juga menandai tahun ke-46 berturut-turut (sejak 1977) dengan suhu global naik di atas rata-rata abad ke-20. Rekor 10 tahun terhangat semuanya terjadi sejak 2010, dengan sembilan tahun terakhir (2014-2022) di antara 10 tahun terhangat.

Suhu permukaan Belahan Bumi Utara pada 2022 juga merupakan yang tertinggi keenam dalam rekor 143 tahun pada 1,98 derajat F (1,10 derajat C) di atas rata-rata. Suhu permukaan Belahan Bumi Selatan untuk tahun 2022 adalah rekor tertinggi ketujuh pada 1,10 derajat F (0,61 derajat C) di atas rata-rata.

Baca Juga: Hari Makanan Pedas Sedunia, 16 Januari 2023, 6 Jajanan Tanah Air dan 6 Kuliner Internasional 'Pembakar Lidah'

Adapun temuan akibat iklim ektrem yang terjadi sepanjang tahun 2022 adalah :

1.Kandungan panas laut global (OHC) mencapai rekor tertinggi: Kandungan panas laut bagian atas, yang membahas jumlah panas yang tersimpan di 2.000 meter bagian atas lautan, mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022, melampaui rekor sebelumnya yang ditetapkan pada tahun 2021.

2.Es laut kutub menipis: Luas (cakupan) es laut Antartika tahunan 2022 hampir mencapai rekor terendah di 4,09 juta mil persegi.

3.Desember 2022 hangat: Suhu rata-rata di permukaan daratan dan lautan global pada bulan Desember adalah 1,44 derajat F (0,80 derajat C) di atas rata-rata abad ke-20.

Permukaan es terus mencair akibat perubahan iklim ektrem pada tahun 2022

Prediksi Tahun 2023, Apa yang Harus Dilakukan?

Sementara itu dalam akun Instagramnya, Greenpeace Indonesia menyatakan bahwa apa yang terjadi pada tahun 2022 adalah dampak krisis iklim akibat pembakaran batubara dan minyak bumi yang masih saja masif tak berhenti, sehingga bumi kita dipenuhi selimut polusi yang membuat semakin panas.

Menurut mereka, dalam 7 tahun terakhir, suhu Bumi semakin meningkat setiap tahunnya, dan bisa jadi 2023 akan menjadi tahun terpanas berikutnya lagi.

Baca Juga: GEMPA MAG 6.2, Pusat Gempa Baru Saja Terjadi di Kabupaten Aceh Singkil, BMKG : Warga Waspada Gempa Besar Ini

Greenpeace sendiri sebelumnya pernah memberikan 9 solusi yang bisa menjadi upaya untuk menekan terjadinya perubahan iklim, yakni :

  • Semua negara perlu mengalihkan ekonomi mereka dari bahan bakar fosil sesegera mungkin.
  • Berinvestasi dalam energi terbarukan.
  • Beralih ke transportasi berkelanjutan.
  • Rumah ramah lingkungan, seperti dengan menyekat dinding dan atap serta beralih dari ketel minyak atau gas ke pompa panas.
  • Tingkatkan pertanian dan dorong pola makan vegan.
  • Kembalikan alam untuk menyerap lebih banyak karbon
  • Lindungi hutan. Hutan sangat penting dalam perang melawan perubahan iklim, dan melindunginya adalah solusi iklim yang penting.
  • Lindungi lautan. Lautan juga menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar dari atmosfer, yang membantu menjaga kestabilan iklim kita.
  • Kurangi jumlah konsumsi . Pilihan olahraga, mode, makanan, dan gaya hidup kita lainnya memiliki dampak berbeda pada iklim.
  • Kurangi plastik. Plastik sifatnya tidak cepat terurai sehingga banyak plastik yang terbakar, yang berkontribusi terhadap emisi.

Yuk saatnya untuk serius memperhatikan lingkungan. Sebab kalau kita abai, maka dunia ini akan semakin rusak dan panas yang bisa membahayakan kehidupan manusia di masa-masa yang akan datang. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler