Indonesia Berduka, Waspada Januari Hingga Maret 2021, Ada Peningkatan Ancaman Bencana. Ini Faktanya

16 Januari 2021, 21:34 WIB
BMKG ingatkan adanya peningkatan ancaman bencana pada Januari hingga Maret 2021. Untuk itu masyarakat diminta waspada /Instagram/@bpbdsumedang/

 

DESKJABAR – Memasuki Januari hingga Maret 2021, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan adanya peningkatan ancaman bencana yang bisa berdampak multi risiko. Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.

“Sampai Maret masih ada potensi multi risiko, tapi untuk hidrometeorologi puncaknya pada Januari-Februari. Tapi seiring dengan itu, potensi kegempaan juga meningkat, mohon kewaspadaan masyarakat,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Jumat 15 Januari 2021.

Dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia dilanda berbagai macam bencana yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia seperti banjir wilayah Kalimantan, longsor Cimanggung Sumedang, gempa Mamuju sulawesi Barat, dan meletusnya Gunung Semeru.

Baca Juga: Soal Sengketa di WTO, Indonesia Siap Melawan Gugatan Uni Eropa

Dwikorita Karnawati memaparkan, sejak Oktober 2020, BMKG telah mengeluarkan informasi potensi bencana bersamaan dengan prakiraan musim hujan. Bahkan sejak awal Januari 2021, sejumlah daerah mengalami bencana banjir dan tanah longsor akibat peningkatan curah hujan.

Begitu pula dengan potensi kegempaan, gempa dengan kekuatan signifikan terjadi di sejumlah daerah, yang terbaru gempa dengan magnitudo 6,2 yang mengguncang Majene, Sulawesi Barat, pada Kamis 14 Januari 2021 dinihari.

Kemudian gempa tektonik Mamuju, dengan kekuatan yang lebih besar M6,2 terjadi pada Jumat 15 Januari 2021 dinihari pukul 01.28 WIB yang lebih mengguncang dan merusak.

Baca Juga: Yuk Berolaharga, Kalau Tidak Ingin Seperti Ini

“Episenter gempa kurang lebih sama terletak 6 kilometer arah timur laut Majene dengan pusat gempa 10 kilometer. Ini gempa dangkal yang tentunya karena magnitudonya sangat besar, guncangannya juga sangat dirasakan di permukaan,” ujar Dwikorita.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar Mamuju. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Guncangan gempa bumi dirasakan di daerah Majene, Mamuju dengan skala  intensitas V-VI MMI (getaran dirasakan oleh semua penduduk, dan bersifat merusak), Palu, Mamuju Tengah, Mamuju Utara, dan Mamasa III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu).

Baca Juga: Soal Nasib Liga 1 Indonesia, Inilah Usulan Persib Bandung

Dari skala intensitas guncangan tersebut dapat diperkirakan bahwa kerusakan terbesar terjadi di wilayah Mamuju.

Hingga pukul 23.00 WITA, BMKG mencatat terjadi 31 kali gempa bumi terdiri dari dua gempa signifikan dan 29 gempa susulan.

“Berdasarkan data kegempaan yang kami rekam dan historis gempa, kami menganalisis masih memungkinkan adanya gempa susulan yang cukup kuat seperti dini hari yang lalu atau bahkan lebih.

Karena itu kami mengimbau masyarakat untuk menghindari bangunan dan gedung-gedung tinggi karena dikhawatirkan masih berpotensi gempa susulan,” katanya.

Baca Juga: Usaha Sarang Burung Walet, Berjaya di Tengah Pandemi Covid-19

Karena masih adanya potensi gempa susulan yang cukup kuat, BMKG menurunkan tim di lapangan dan memasang alat untuk memonitor gempa-gempa susulan.

hal ini dilakukan agar dapat memberikan estimasi kapan gempa-gempa susulan tersebut berakhir, serta untuk memetakan dampak kerusakan, sekaligus untuk menenangkan masyarakat melalui sosialisasi/literasi terkait kejadian gempa bumi ini, perkembangannya dan langkah kewaspadaan yang harus dilakukan.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: setkab BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler