Gedung Capitol Diserbu, Pemimpin Dunia Anggap Aksi Anarkis Mencederai Demokrasi AS

7 Januari 2021, 07:50 WIB
ILUSTRASI demonstrasi yang diwarnai aksi anarkis di Gedung Capitol AS. /Pixabay/Venita Oberholster

DESKJABAR - Sejumlah pemimpin negara di dunia terkejut dan menyatakan keprihatinan mereka setelah menyaksikan aksi anarkis pengunjuk rasa yang menyerbu Gedung Capitol AS, Rabu, 6 Januari 2021.

Massa pendukung Presiden AS Donald Trump memanjat dinding Gedung Capitol hingga ke atap dalam aksi protes tersebut. Aksi anarkis mereka membuat Kongres AS terpaksa menunda pengesahan hasil Pilpres AS 2020 yang memberikan kemenangan kepada Joe Biden.

Polisi merespons aksi kekerasan tersebut dengan senjata dan gas air mata. Sejumlah polisi terluka karena bentrok fisik dengan demonstran yang juga membawa bahan kimia berbahaya. Seorang warga dilaporkan meninggal dunia tertembak.

Baca Juga: Gedung Capitol AS Diserbu Pendukung Donald Trump, Kongres AS Tunda Pengesahan Kemenangan Joe Biden

Desk Jabar mengutip Reuters yang menghimpun pernyataan dari sejumlah para pemimpin negara di dunia atas aksi anarkis demonstran tersebut. 

Swedia 

Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven dalam pernyataannya melalui akun Twitter, menggambarkan insiden itu sebagai "serangan terhadap demokrasi".

"Presiden Donald Trump dan banyak anggota Kongres AS memikul tanggung jawab signifikan atas apa yang terjadi. Proses demokratis dalam pemilihan presiden harus dihormati," ujarnya.

Baca Juga: Gelaran Pameran Otomotif (IIMS) Mundur hingga Maret 2021, Ini Alasannya

Britania Raya

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson di akun Twitter-nya menggambarkan pemandangan di Kongres AS sebagai "aib,"

"Amerika Serikat seharusnya menjadi panutan demokrasi di seluruh dunia sehingga "penting" untuk menciptakan peralihan kekuasaan secara damai dan tertib," ucapnya. 

Jerman

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menilai musuh demokrasi tergambar dalam adegan kekerasan di Gedung Capitol AS. Aksi kekerasan itu disebabkan adanya retorika yang menghasut.

"Donald Trump dan pendukungnya harus menerima keputusan pemilih Amerika pada akhirnya dan berhenti menginjak-injak demokrasi," ujar Heiko Maas.

Baca Juga: Iran Keluarkan Perintah Penangkapan Donald Trump Atas Pembunuhan Soleimani

NATO

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyebut protes yang diwarnai kekerasan di Washington sebagai "pemandangan yang mengejutkan." Ia menegaskan, hasil pemilihan demokratis AS harus dihormati.

Spanyol 

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dalam kicauannya di Twitter menyatakan terus mengikuti perkembangan berita yang datang dari Capitol Hill di Washington.

"Saya percaya pada kekuatan demokrasi Amerika. Presidens baru @JoeBiden akan mengatasi ketegangan saat ini dan menyatukan rakyat Amerika," tuturnya.

Baca Juga: Kuota Haji 2021: Agar Ada Kepastian Wapres Minta Menag Yaqut Lobi Arab

Kanada 

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengungkapkan keprihatinannya terhadap adegan kekerasan di Washington DC. Ia juga terus mengikuti perkembangan situasinya dari menit ke menit.

"Saya pikir lembaga demokrasi Amerika kuat, dan mudah-mudahan semuanya akan segera kembali normal," kata Justin Trudeau kepada stasiun radio News 1130 Vancouver.

Menteri Luar Negeri Kanada, Francois-Philippe Champagne turut berkomentar di Twitter. Ia menyatakan, Kanada sangat terkejut dengan situasi di Washington DC.

"Transisi kekuasaan secara damai adalah hal fundamental bagi demokrasi. Hal fundamental ini harus berlanjut dan akan terus berlanjut. Doa kami bersama rakyat Amerika," tuturnya.

Baca Juga: Warga Yang Menolak Vaksinasi Covid-19, Terancam Denda Rp5 Juta, Jika Ada Kekerasan Jadi Rp 7 Juta

Turki

Kementerian luar negeri Turki mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan keprihatinan akan aksi kekerasan tersebut. Turki juga menyerukan warga AS mengedepankan akal sehat dan kedamaian.

Turki juga mendesak warganya di AS untuk menghindari keramaian dan area protes.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler