Gara-gara Berambut Pendek, An San Peraih Dua Medali Emas Mendapat Perundungan dari Laki Laki

30 Juli 2021, 08:40 WIB
Pemanah Korsel, An San (kiri) peraih emas Olimpiade Tokyo dibanjiri dukungan usai dirundung gara-gara rambutnya pendek. /REUTERS/Clodagh Kilcoyne

 

DESKJABAR - An San atlet panahan putri asal Korea Selatan mendapat perundungan daring dari lali laki karena An San memiliki potongan rambut yang pendek layaknya laki-laki. Mendapat perundungan, atlet berusia 20 tahun ini dibanjiri pesan dukungan dari kaum perempuan.

Padahal An San sudah menyumbangkan dua medali emas  panahan di Olimpiade Tokyo 2020, bukannya mendapat ucapan selamat dan pujian, tapi malah mendapat perundungan daring dari laki-laki.

Komentar itu di menyebutkan bahwa pilihan gaya rambut An San menunjukkan bahwa dia adalah seorang feminis, beberapa dari mereka menuntut An San meminta maaf dan bahkan meminta dia mengembalikan medali Olimpiadenya, seperti dilaporkan AFP.

Banyak perempuan Korea Selatan, termasuk tokoh terkenal, mengecam komentar tersebut.

Baca Juga: Indonesia Loloskan Dua Wakilnya ke Semifinal, Ginting ke Perempat Final Bulu Tangkis Olimpiade Tokyo 2020

Baca Juga: Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan Hadapi Wakil dari Taiwan di Semifinal Olimpiade Tokyo 2020

"Bahkan jika Anda memenangkan medali emas Olimpiade dengan keterampilan dan kemampuan Anda sendiri, selama seksisme masih ada di masyarakat kita, Anda akan dihina dan diminta untuk dicabut medalinya hanya karena Anda berambut pendek," cuit Jang Hye-yeong, seorang anggota parlemen perempuan.

"Kami menghadapi hari yang aneh di mana panahan Korea sekarang menjadi yang terbaik di dunia, tetapi martabat nasional terlempar ke tanah karena seksisme," ucapnya.

Setidaknya 6.000 foto perempuan dengan rambut pendek diunggah di platform media sosial untuk menunjukkan dukungan kepada An.

Baca Juga: Biodata Rahmat Erwin Abdullah Peraih Perunggu, Termotivasi Keberhasilan Windy Cantika Aisah

Di antara perempuan yang mengunggah foto tersebut adalah aktris Koo Hye-sun dan anggota parlemen Ryu Ho-jeong -- anggota parlemen termuda di Korea Selatan, yang pernah dikritik karena mengenakan gaun ke parlemen.

Meskipun Korea Selatan adalah negara dengan perekonomian terbesar ke-12 di dunia dan memiliki kekuatan teknologi terkemuka, negara tersebut dalam masyarakatnya masih menjadikan laki-laki dominan dengan catatan buruk tentang hak-hak perempuan.

Pecahnya misogini daring muncul ketika reaksi anti-feminisme tumbuh di negara itu. Salah satu perusahaan yang dituduh mendukung "feminisme ekstrem" menghadapi boikot dari laki-laki, dan akhirnya mengeluarkan permintaan maaf publik.

Baca Juga: ICW Menilai Tuntutan untuk Juliari Batubara yang Terbukti Menerima Suap Bansos, Dianggap Rendah

Saat berlaga di Oimpiade Tokyo 2020, An San telah memenangi dua medali emas panahan di nomor beregu putri dan beregu campuran. Dia mencetak skor 680 untuk kualifikasi tunggal putri di Olimpiade Tokyo, memecahkan rekor Olimpiade yang telah ada sejak 1996.

Dia mengincar medali emas ketiganya di Tokyo dalam nomor tunggal putri yang sedang berlangsung.

Situs web Asosiasi Panahan Korea dibanjiri oleh setidaknya 1.500 pesan yang mendukung An.

Baca Juga: Profil dan Biodata Anthony Sinisuka Ginting, Lahir di Cimahi Berdarah Batak Tampil Perdana di Olimpiade

Pesan kemarahan tersebut justru memicu badai lebih lanjut. Mereka menuduh An San menggunakan ekspresi dengan nada anti-laki-laki.

"Kami tidak melatih dan memberi makan Anda dengan uang pajak sehingga Anda dapat melakukan tindakan feminis," tulis salah seorang laki-laki di akun Instagram An.

Perempuan muda Korea Selatan beberapa tahun terakhir berjuang dengan berbagai isu, salah satunya menuntut untuk penindakan tegas terhadap video spycam yang diam-diam difilmkan di tempat umum, yang berujung demonstrasi tentang hak-hak perempuan terbesar dalam sejarah Korea Selatan.

Ada juga protes terhadap standar kecantikan yang ketat di negara itu -- dengan para pegiat berbagi video viral tentang diri mereka sendiri yang memotong pendek rambut dan menghancurkan produk make-up mereka.

Namun, hal itu juga memicu reaksi keras di negara tersebut, dan feminisme sering dibingkai sebagai egois dan anti-laki-laki.

"Sangat menyedihkan melihat perempuan, termasuk juara Olimpiade, ditekan untuk menjelaskan dan bahkan meminta maaf tentang pilihan dan tubuh mereka sendiri, padahal itu seharusnya bukan urusan siapa pun," kata aktivis hak-hak perempuan Kwon Soo-hyun.***

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler