Pilkada Kabupaten Bandung, Survei LSI Untuk Menang Angka Keterkenalan Harus diatas 70%

- 16 November 2020, 09:10 WIB
PEMAPARAN haail survei LSI Denny JA Pilkada Kabupaten Bandung, Minggu, 15 November 2020.
PEMAPARAN haail survei LSI Denny JA Pilkada Kabupaten Bandung, Minggu, 15 November 2020. /Istimewa/

DESKJABAR - Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Toto Izul Fatah, memaparkan hasil survei LSI Pilkada Kabupaten Bandung.

Survei telah dilakukan pada 2-6 November 2020 dengan menggunakan metode standar multistage random sampling, wawancara tatap muka dengan jumlah responden 440 orang, dan margin of error 4,8 persen.

Toto Izul Fatah, mengatakan potensi kemenangan pasangan yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (PAN), Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini telah tercermin dari beberapa variabel penting dalam survei yang dilakukan LSI tersebut.

“Misalnya, dukungan unggul yang relatif merata di hampir semua segmen demografis seperti gender, usia, suku, agama, tingkat pendidikan, penghasilan, profesi, bahkan pemilih parpol,” terangnya saat memaparkan hasil survei LSI pilkada kabupaten bandung, Minggu,(15/11/2020).

Dari pengalaman pihak LSI dalam melakukan survei dalam Pilkada, memang tidak mudah untuk setiap pasangan calon untuk bisa mendapatkan dukungan suara dalam waktu yang kurang dari satu bulan ini, apalagi untuk bisa merebut separuh dari suara tak bertuan tersebut.

“Hanya tsunami politik dan politik uang yang bisa mengubah peta dukungan secara drastis. Bahkan, bisa membuat hasil survei meleset jauh,” ungkapnya.


Dukungan Perempuan dan Pria dalam Pilkada Kabupaten Bandung
Dari segi gender, pasangan DS-Sahrul Gunawan memeroleh dukungan cukup besar dari kaum perempuan, yakni 50,9 persen.

Sementara, kaum pria yang memilih keduanya berada di angka 40,9 persen. Sedangkan, Nia-Sayogi dipilih oleh 28,6 persen perempuan dan 29,1 persen pria. Lalu, Yena-Atep mendapat dukungan 10,0 persen kaum hawa, dan 16,8 persen pria.

“Keunggulan pasangan DS-Sahrul ini juga terpotret merata di hampir seluruh daerah pemilihan. Kecuali, dukungan cukup kompetitif dengan pasangan Kurnia-Sayogi yang diusung Partai Golkar di dapil 5. Yaitu, Majalaya, Paseh, Ibun, dan Solokanjeruk. Sahrul juga calon Wakil yang paling populer,” papar Toto yang juga Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA ini.

Tingkat Keterkenalan Paslon Bupati Kabupaten Bandung
Tingkat keterkenalan Dadang di masyarakat berada pada angka 68,2 persen bersaing dengan Nia yang persentasenya 67,0. Sementara, Sahrul mendominasi tingkat keterkenalan diantara wakil bupati lain, yaitu 91,6 persen.

“Untuk tingkat kesukaan, Dadang masih yang tertinggi dengan 79,0 persen, disusul Nia dengan 75,6 persen. Sedangkan Sahrul memiliki tingkat ketersukaan di angka 87,6 persen, disusul Atep (79,6 persen), dan Sayogi (78,7 persen),” sebutnya.

Angka Strong Suppoter Di Pilkada Kabupaten Bandung
Faktor lain yang bisa mengantar pasangan nomor urut tiga itu terpilih menjadi bupati dan wakil bupati Bandung, lantaran Dadang miliki pemilih yang berkategori strong supporter atau pendukung militan yang tak akan berubah hingga hari-h pemilihan. Angkanya, diutarakan Toto, mencapai 24,5 persen. Disusul Nia (18 persen) dan Yena (5,0 persen).

Hanya saja, Toto menekankan, pasangan lain tetap miliki peluang menang, karena masih ada suara dari swing voter yang sangat besar, yaitu 52,2 persen. Pasalnya, kelompok ini masih ragu bahkan belum menentukan pilihan mereka untuk pemilihan mendatang.

“Pemilih yang seperti itu biasa disebut dengan lahan tak bertuan. Yaitu pemilih yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja,” cetusnya.

Sebenarnya masih ada peluang untuk merebut soft supporter yang masih tinggi itu, yakni mendongkrak tingkat pengenalan masing-masing kandidat yang masih belum tembus 70 persen.

Dari pengalaman selama ini, salah satu hukum besi untuk menang itu harus dikenal dengan minimal 70 persen. Idealnya, pada H-1 bulan itu, setiap kandidat harus mengantongi tingkat pengenalan di 80 persen keatas.

“Memang peluang menang lebih terbuka pada pasangan DS-Sahrul, karena baik calon bupati maupun wakilnya sudah memiliki, bukan saja tingkat kesukaan yang tinggi, juga elektabilitas yang tinggi juga. Misalnya, pada elektabilitas personal DS yang 40,0 persen, tapi begitu dipasangkan dengan Sahrul melesat ke 45,9 persen. Ada sumbangan cukup besar dari Sahrul,” urainya.

Sebaliknya dengan Nia yang secara personal memiliki elektabilitas 27,5, tapi begitu dipasangkan dengan Usman Sayogi, hanya naik 1 persen, yaitu 28,9. Sementara, pasangan yang lain, Yena-Atep, pengenalannya tak berbanding lurus dengan kesukaan. Misalnya, Atep cukup populer dengan 73 persen, tapi sebagai wakil tak banyak menyumbang elektabilitas saat dipasangkan dengan Yena yang tingkat pengenalannya baru 49 persen.***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x