Baca Juga: Kanker Prostat Bisa Terjadi Karena Kekurangan Selenium
Menurut Asep M Tamam, sudah disurvey ada jalur bantaran sungai Citanduy di sisi kanan sepanjang 2 km dengan lebar 3 hingga 5 meter yang sedang dibersihkan dari pepohonan dan tumbuhan rumput liar. Kelak, jalur ini akan dijadikan trek joging atau sepeda yang sedang digandrungi masyarakat.
Agar bertambah elok, sepanjang jalur ini, di sisi yang berbatasan langsung dengan aliran Sungai Citanduy akan ditanami bunga aneka warna. Kini, jalur ini yang sudah bisa digunakan untuk umum dengan aman baru sepanjang 400 meter.
“Insyaallah nanti jika sudah selesai, pengunjung yang datang selain bisa berfoto selfi dengan latar belakang sungai Citanduy dan batu hitam muntahan gunung berapi, juga bisa berolahraga yang menyehatkan”, kata Asep seraya menambahkan, jauh ke depan olahraga body rafting dan camping ground juga bisa dikembangkan di sini.
Untuk ke sana tidaklah sulit. Jika patokannya Mesjid Agung Tasikmalaya di pusat kota, arahkan kendaraan Anda ke Jl. Dr. Soekardjo (Dokar), lalu ke Jl. RE. Martadinata. Setelah menempuh jarak sekitar 3 km (100 meter usai lewat kantor kelurahan Indihiang), belok kanan ke Jl. Sirnagalih. Hanya berjarak 1,5 km dari belokan ini tibalah di Sirnagalih. Atau jika malas bertanya, gunakan aplikasi Google Map atau Waze, ketik Sirnagalih dan biarkan aplikasi pintar ini membimbing arah Anda.
Kecuali motor dan sepeda bisa masuk sampai lokasi, yang bawa mobil harus pandai-pandai cari tempat parkir. Jalan kaki dari tempat parkir tidak jauh, hanya berjarak 300 meter masuk jalan kecil beraspal, cor beton dan paving blok selebar 1 hingga 1,5 meter. Belum ada tarif masuk resmi ke tempat ini alias masih gratis. Begitu juga tarif parkir motor masih seridonya.
Bagi yang hobi renang, bisa menyalukannya setiap sore (belum diketahui kenapa hanya sore) di aliran irigasi yang sengaja ditutup sementara tidak disalurkan ke Citanduy. Tempat berenang ini aman untuk anak-anak. Tapi jangan coba-coba nekad berenang di Sungai Citanduy, yang aliran sungainya tanpa bisa diduga kapan saja bisa mengalir deras tak terkendali.
Konon, munculnya gagasan menjadikan Galura Citanduy Batu Bangkong, sebagai obyek wisata berawal dari pandemi Covid-19. Anak-anak sekolah yang diliburkan merasa bosan diam di rumah. Mereka lalu melampiaskannya dengan berenang di sungai. Dari situlah terbersit kenapa tidak jika dijadikan tempat wisata untuk umum sekalian.
“Dengan adanya obyek wisata baru ini, mudah-mufahan perekonomian masyarakat di sini dapat terdongkrak”, kata Asep M Tamam.***