Bapak sepuh itu mengenang, ketika tahun tersebut, cukup banyak orang makan sepatu kulit buatan Sukaregang. “Yang dimakan adalah bagian solnya, karena bisa disayat lalu dikeringkan, lalu dimasak menjadi kerupuk kulit,” kenangnya.
Karena kondisi demikian, menurut dia, selama setahun kemudian, banyak orang di Garut menjadi tidak punya sepatu. Sebab, sepatu miliknya sudah habis dimakan bersama keluarganya yang mengalami kelaparan.
Tampaknya, keterangan bapa perajin kerupuk kulit dan dorokdok di Sukaregang Garut itu benar adanya. Sebab, ada surat kabar terbitan Belanda, yang memberitakan terjadinya kelaparan di Kabupaten Garut pada tahun 1958.
Suratkabar Trouw terbitan 1 Februari 1958 memberitakan, mengutip Harian Indonesia Raya, 2.000 warga desa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, terancam kelaparan akibat kekurangan beras. Menurut suratkabar tersebut, 23 orang telah dirawat di rumah sakit karena menderita dampak kekurangan pangan.
***