Selain itu, dibutuhkan pula psikiater forensik untuk memprofil pelaku dari luka-luka korban.
"Oh luka ini sangat mematikan. Sekali tebas, sekali ayun. Berarti dia sadis," kata Sumy Hastry.
Sumy Hastry menjelaskan, jika ada luka di kepala atau wajah korban, berarti pelaku benci sekali terhadap korban.
"Tidak ada tedeng aling-aling atau keraguan. Sudah ter-mind set di kepala pelaku, ini korban harus mati. Itu dari luka-luka," tutur Sumy Hastry.
Sumy Hastry pun menekankan bila ada kasus-kasus kejahatan, masyarakat harus membantu polisi. Caranya dengan tidak masuk ke TKP apapun alasannya.
"Walaupun kamu keluarganya. Tidak setiap tempat atau kejadian, lapor polisi, polisi cepat datang. Yang dekat-dekat ini membantu untuk mengamankan TKP. Dari situ kita bisa lihat alibinya mereka bagaimana," tutur Sumy Hastry.
Pada kesempatan itu, Adrianus Meliala berkomentar, kalau misalnya ada kelemahan pada petugas, masih bisa diterima. Yang tidak bisa diterima adalah kalau misalnya ada niat buruk dari petugas untuk menghilangkan barang bukti atau mengeluarkan skenario baru.
"Ini yang perlu kita jaga. Jangan sampai salah arah seperti itu. Nanti ujung-ujungnya orang yang nggak bersalah kemudian dipersalahkan. Orang yang bersalah malah bebas," kata Adrianus Meliala.
Menanggapi hal itu, Sumy Hastry memastikan bahwa teman-teman penyidik tidak seperti itu.