TERUPDATE TABRAKAN NAGREG: Inilah 2 Dugaan Motif Kolonel Priyanto Menurut Pakar Psikologi Kriminal

- 4 Januari 2022, 10:23 WIB
Ilustrasi rekonstruksi tabrak lari oleh 3 oknum anggota TNI yang menewaskan dua sejoli Handi dan Salsabila  di Nagreg, Bandung, Jawa Barat.
Ilustrasi rekonstruksi tabrak lari oleh 3 oknum anggota TNI yang menewaskan dua sejoli Handi dan Salsabila di Nagreg, Bandung, Jawa Barat. /Pixabay/

DESKJABAR - Rekonstruksi tabrakan Nagreg yang menewaskan dua sejoli Handi (16) dan Salsabila (14) telah dilakukan kemarin, Senin 3 Januari 2022.

Rekonstruksi kasus tabrak lari di Nagreg yang melibatkan tiga oknum TNI AD itu kemudian dilanjutkan di jembatan Sungai Tajum yang menghubungkan Banyumas-Cilacap, tepatnya di Desa Menganti, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.

Sebab di kedua jembatan itulah ketiga oknum TNI AD itu membuang korban tabrak lari di Nagreg, Hadi dan Salsabila.

Panglima Jenderal TNI Andika Perkasa sendiri menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap ketiga oknum TNI pada kasus tabrak lari di Nagreg tersebut.

Dan Jenderal Andika Perkasa menyebutkan, Kolonel P yang kemudian diketetahui bernama Priyanto, bertindak sebagai inisiator pada peristiwa tabrak lari di Nagreg, termasuk pada pasal pembunuhan berencana.

Menanggapi kasus tabrak lari di Nagreg ini, Pakar Kriminolog yang juga mendalami Psikologi Kriminal, Prof. Adrianus Meliala mengatakan, ada 2 motif yang diduga kuat membuat  Kolonel Priyanto melalukan tindak kriminal pada kasus tabrak lari di Nagreg tersebut.

“Untuk kasus ini, sepenuhnya masalah psikologis ya. Bukan dalam arti gangguan jiwa, tapi pada keadaan  emosi yang membuat seseorang melakukan tindak kriminal. Kalau dikatakan, dia kolonel dan harusnya dia tenang, ini malah kebalik. Karena apa? Karena dia ini kan kolonel yang memiliki karir cukup baik. Yang artinya, tinggal nunggu waktu untuk mendapat jabatan yang lebih tinggi atau dalam bahasa tentara dapat bintang atau pecah bintang,” kata Adrianus yang dihubungi Deskjabar, Selasa 4 Januari 2022.

Oleh karena  itu, lanjut dia, tersangka Kolonel Priyanto ini tentu  berharap bahwa proses menuju pecah bintang itu berjalan mulus dan jangan sampai ada yang mengganggu.

Tapi dengan adanya  kasus tabrak lari di Nagreg yang menewaskan dua sejoli itu tentu akan mengganggu karir sang Kolonel TNI tersebut.

“Kejadian tersebut dianggapnya sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses pecah bintangnya. Maka kemudian dia mengambil langkah pendek tersebut. Itu  dugaan motif yang pertama.” ujar pria yang mendapat Master Psikologi Kriminal dari The Manchester Metropolitan University tersebut menjelaskan.

Lebih lanjut Adrianus memaparkan dugaan motif yang kedua pada kasus tabrak lari di Nagreg, yakni  secara psikologis tersangka Kolonel Priyanto ingin menunjukkan kehebatannya atau powernya kepada kedua bawahannya tersebut ketika menghadapi masalah.

“Saat kejadian kan dia sedang bersama-sama dengan bawahannya yang bukan bawahan langsung karena beda satuan.  Sudah bukan anak buahnya langsung, pangkatnya juga berbeda jauh dengan dia. Jadi dia merasa harus menunjukkan suatu ketegaran di depan anak buah. Itu memang jeleknya orang yang ingin terlihat hebat di mata anak buah dan memaksakan powernya kepada anak buah,” ujarnya lagi.

Adrianus menduga, dalam kasus tabrak lari di Nagreg tersebut, kedua anak buah Kolonel Priyanto tidak diajak untuk diskusi karena pangkatnya jauh berbeda dengan dia. Jadi yang dia tekankan adalah powernya.

“Alhasil anak buahnya tidak menjadi partner dalam rangka sharing, mau diapain ya orang ini (dua sejoli korban tabrakan Nagreg). Anak buahnya menjadi orang yang tidak dianggap sama sekali.  Saya sih menduganya dua itu, makanya dia tega atau mampu bertindak seperti itu,” tutur Adrianus lagi.

Dalam rekonstruksi tabrak lari di Nagreg ada lima adegan yang diperagakan seluruh tersangka mulai dari turun dari mobil untuk menolong korban yang tertabrak, sampai tersangka menarik salah satu korban dari bawah kolong mobil.

Terungkap fakta bahwa Handi dan Salsabila dimasukkan melalui pintu yang berbeda.

Salsabila di bagian bangku baris kedua, menggunakan pintu bagian tengah, sedangkan Handi ditempatkan di kursi belakang melalui pintu bagian belakang.

Sementara untuk rekonstruksi kasus tabrak lari di Nagreg di atas jembatan Sungai Tajum,  terungkap tiga prajurit TNI AD datang dari arah selatan (Cilacap) menggunakan mobil pengganti Isuzu Panther warna hitam dengan nopol B 300 Q.

Di tengah jembatan, ketiganya lantas berhenti. Korban Salsabila dibuang dari sisi barat jembatan dengan posisi kepala terlebih dahulu.

Sedangkan Handi, apda kasus tabrak lari di Nagreg dibuang di titik yang sama namun dengan posisi kaki terlebih dahulu.

Ketiga oknum TNI dalam kasus tabrak lari di Nagreg yang menewaskan dua sejoli itu adalah Kolonel Infanteri P (Korem Gorontalo, Kodam Merdeka), Kopral Dua DA (Kodim Gunung Kidul, Kodam Diponegoro) dan Kopral Dua Ahmad (Kodim Demak, Kodam Diponegoro).

Pada saat terjadi kecelakaan tabrak lari di Nagreg tersebut, mereka menggunakan mobil Isuzu Panther hitam dengan plat nomor B-300-Q yang dikemudikan Koptu DA. ***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x