Khawatir Kelaparan, Banyak Warga Sumedang Kini Enggan Jual Lahan Pertanian

12 April 2024, 05:15 WIB
Suasana perdesaan dan kawasan pertanian di sekitaran Tanjungsari Sumedang. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Kejadian kemarau panjang El Nino tahun 2023, membuat pelajaran bagi banyak warga Kabupaten Sumedang, Jawa Barat atas pentingnya eksistensi lahan-lahan pertanian. Kini banyak warga Sumedang menjadi enggan menjual lahan pertanian, karena memperhitungkan dampaknya kedepan.

Diantara kekhawatirkan sejumlah warga Sumedang, adalah dampak adanya jalan tol Cisumdawu. Keberadaan gerbang tol menjadi ancaman bagi eksistensi lahan-lahan pertanian yang terkoneksi, yaitu maraknya pihak mengincar untuk dibuat bisnis lain terutama perumahan dan bisnis air.

Gambaran tersebut muncul diantara obrolan warga saat silaturahmi Idul Fithri 1445 H Lebaran 2024, di Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Kamis, 11 April 2024. Sumedang masih dikenal sebagai penghasil tanaman pangan padi, jagung, ubi jalar, dan singkong.

Baca Juga: Alokasi Pupuk Bersubsidi untuk Pertanian Jawa Barat 2024 Naik 85 Persen

Tidak mau menyesal

Sejumlah warga senada mengatakan, mereka kini menyadari betapa pentingnya eksistensi lahan-lahan pertanian bagi masa depan kehidupan keluarga dan keturunan. Ada perhitungan, pada masa depan, orang-orang yang paling aman secara ekonomi, adalah yang masih memiliki lahan pertanian.

Bahkan, dalam kondisi ektrem, kata sejumlah warga, mereka yang akan bertahan hidup, adalah yang mampu memiliki cadangan beras dari lahan pertanian milik sendiri. Sebab, jika mengandalkan membeli atau beras impor, pasaran diketahui beresiko terjadi embargo pangan dari negara lain.

“Mungkin kalau sekarang orang-orang belum kepikiran dampaknya jika menjual lahan pertanian. Tetapi 15-20 tahun kedepan, bakal menyesal jika tidak lagi memiliki lahan pertanian, bahaya kelaparan mengancam” ujar salah seorang tokoh pertanian di Sukasari, Suryana.  

Disebutkan, kejadian kekeringan panjang El Nino 2023, menyadarkan banyak warga di Sumedang, terutama pinggiran Bandung, atas pentingnya eksistensi lahan-lahan pertanian dan sumber air.

Baca Juga: Jawa Barat Lakukan Pompanisasi di Lahan Tadah Hujan, Genjot Pertanian Padi 2024

Salah satu perhatian warga, juga adalah menjaga keberlangsungan sejumlah lokasi yang menjadi sumber air. Masyarakat di Sumedang menjadi waspada beberapa lokasi diincar pebisnis jualan air dan perumahan.

Bahkan yang menjadi perhatian serius, adalah kawasan Kecamatan Pamulihan, yang dikhawatirkan  warga bisa mirip di Puncak, Bogor. Dari semula lahan pertanian yang subur, beresiko berubah menjadi bahan perumahan dan vila, sebagai dampak gerbang tol Pamulihan Cisumdawu.

Sebagai gambaran, Pulau Jawa sebenarnya pernah sering mengalami kelaparan, dapat dilihat pada YouTube Kodar Solihat klik disini 

Kepemimpinan daerah

Sementara itu, pada forum “Keberlanjutan Usaha Pertanian : Ketersediaan Pupuk dan Dukungan Input Agro,” digelar Nagara Institute di Bandung, 24 Januari 2024, sejumlah pembicara terang-terangan mengatakan, Provinsi Jawa Barat mengalami salah arah pembangunan selama lima tahun terakhir.

“Jawa Barat itu adalah daerah pertanian, tetapi dipimpin orang tidak mengerti pertanian. Kan aneh, Jawa Barat itu kultur pertanian tapi gubernurnya arsitek, bisa diketahui sendiri apa yang terjadi,” ujar Direktur Eksekutif Nagara Institute, Akbar Faizal, yang disambut tepuk tangan para hadirin.

Disebutkan pula, bahwa siapa pun pemimpin Jawa Barat, harus mampu mengurus sektor pertanian secara serius dan mengetahui benar karakter masyarakatnya. Mengurus usaha pertanian jangan hanya sekedar pencitraan, tetapi harus serius dan nyata. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler