DESKJABAR – Jalan Braga –salah satu ikon Kota Bandung—ternyata dulunya merupakan jalan kecil, gelap, sepi, dan rawan kejahatan. Dan, kala itu dikenal dengan sebutan jalan culik (penculik—red).
Menurut sejarah, awalnya jalan kecil, sepi, gelap, dan rawan kejahatan itu, dibangun sebagai penghubung dua jalan utama di Kota Bandung. Jalan kecil itu diberi nama Pedatiweg. Sekarang menjadi Jalan Braga.
Setelah beberapa orang Belanda mendirikan kedai kopi dan toko pakaian, Pedatiweg (Jalan Braga) ini mulai ramai. Dan, kesan menyeramkan sebagai jalan culik sedikit-sedikit mulai hilang.
Baca Juga: Dago, Kawasan Elite di Bandung Utara, Ternyata Dulunya Sebuah Hutan Angker Tempat ‘Silih Dagoan’
Baru tahun 1882-an, seiring dengan pendirian Tonil Braga, Asisten Residen Bandung, Pieter Sitjhoff, mengganti nama Pedatiweg menjadi Bragaweg (Jalan Braga).
Waktu itu Bragaweg diperkeras dengan batu kali dan diberi penerangan jalan dengan lampu-lampu minyak.
Nah, dari sanalah cikal bakal Jalan Braga menjadi pusat perbelanjaan dan mode.
Baca Juga: WOW, Kota Bandung yang 'Mooi' Ini Ternyata Berdiri di Lahan ‘Pangguyangan’ Badak
Lantas, apakah arti dari kata Braga itu ?
Menurut Haryoto Kunto, dalam bukunya ‘Wajah Bandoeng Tempoe Doeloe’, kata Braga berasal dari bahasa Sunda ‘Ngabaraga’ yang artinya bergaya, nampang, atau mejeng.
Waktu itu, Braga memang menjadi the place to see and to be seen. Ruas jalan yang tak terlalu panjang itu, menjadi tempat rendezvous sambil jalan-jalan dan belanja. Sebab kala itu di Kota Bandung, Jalan Braga-lah satu-satunya tempat shopping paling bergengsi.
Baca Juga: INI WASIAT DORCE GAMALAMA Terkait Proses Pemakamannya yang Banyak Dipertanyakan Publik
Sedangkan menurut sejarahwan M.A. Salamoen, kata Braga diambil dari kata berbahasa Sunda, 'Baraga'. Artinya jalan di tengah persawahan menyusuri sungai. Sebab, kawasan di timur dan barat jalan setapak tersebut, adalah areal pesawahan.
Rendezvous
Jalan-jalan di kawasan Braga Kota Bandung, terasa ada nuansa lain. Kita, seolah masuk ke jaman Braga tempo dulu.
Keaslian dan keasrian gedung-gedung di Jalan Braga --peninggalan Pemerintahan Hindia Belanda-- sebagian besar masih dipertahankan, sebagai salahsatu maskot dan daya tarik wisata Kota Bandung.
Baca Juga: Ternyata Ini 4 Ciri-ciri Orang Punya Khodam, Nomor 4 Berpengaruh Ini Bagi Orang di Dekatnya
Sekarang, Jalan Braga yang tidak terlalu panjang itu, masih menjadi magnet bagi warga Bandung dan para wisatawan.
Hampir setiap hari, terutama di akhir pekan, Jalan Braga selalu dijejali orang-orang, dari yang hanya sekedar rendezvous hingga jalan-jalan menikmati Bandung tempo dulu.
Saking melegendanya, Jalan Braga sampai diabadikan dalam sebuah lagu yang dinyanyikan penyanyi terkenal Hetty Koes Endang. Berikut sepenggal lirik lagunya; Jalan Braga tempat shoping jalma gede, soal harga itu mah soal sepele, tongtonan nu gratis pamer mode nu gareulis, dulak dilak ucad aced nu nenjokeun panas tiris.***