Yuk! Kita Mengenal Alasan Gangguan Mental di Masa Pendemi Covid-19

22 November 2020, 11:53 WIB
PENELITI sebut siapa saja yang rentan terkena PTSD (post-traumatic stress disorder) usai pandemi COVID-19 ini berakhir.* /PIXABAY/

DESKJABAR – Pandemi Covid yang telah berlangsung hampir sekitar 11 bulan, telah memberikan dampak menyeluruh, tak hanya pada aspek ekonomi yang terpuruk secara global, tetapi juga memberikan dampak pada kesehatan, baik secara fisik maupun mental.

Dampak ini dialami semua kalangan. Tekanan akibat pandemi Covid-19 tidak saja dialami masyarakat kalangan bawah atau masyarakat miskin, tetapi juga dialami kalangan atas dan orang-orang kaya.

Dikutip dari kantor berita Antara, Minggu, 22 November 2020,  pakar kesehatan yang berfokus pada stres dan trauma di The Ohio State University Wexner Medical Center, Ken Yeager mengatakan, ada beberapa faktor yang bisa mengganggu kesehatan mental di masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Kabar Baik, Pemprov Jabar Tetapkan UMK 2021, Tertinggi Karawang, Berikut Daftar Lengkapnya

Ken Yeager memberikan gambaran alasan kesehatan mental bisa terganggu berdasarkan kategori tingakatan usia.

Pada orang-orang berusia di atas 75 tahun misalnya, pandemi Covid-19 mewakili risiko nyata pada kesehatan mereka.

Kemudian, bagi mereka yang berusia 56-74 tahun, masalahnya lebih pada apakah mereka bisa pensiun dengan tenang, mengingat terjadinya resesi beberapa waktu terakhir akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Contoh Baik dari China, di Wuhan Ada Kampung Percontohan Anti-Covid-19

"Milenial dan Gen X sedang melihat kembali ke resesi terakhir dan bertanya apakah akan mampu bertahan dari penurunan ekonomi yang mengarah ke depresi dan ketidakpastian ini," tutur Ken Yeager, seperti dilansir Healthline.

Menurut Ken Yeager, para remaja dan berusia lebih muda, cenderung merasa cemas karena mereka melihat masa depan yang tidak pasti, termasuk fenomena banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan.

"Banyak yang kehilangan pekerjaan. Tidak diragukan lagi gangguan pandemi Covid-19 menyebar luas. Pendidikan, hubungan, pekerjaan, keuangan, liburan, dan keadaan normal semuanya telah ditantang," kata Yeager.

Baca Juga: Dominic Thiem Buyarkan Ambisi Novak Djokovic Diajang ATF Finals 

Hal senada juga diungkapkan profesor psikitari epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Karestan Koenen.

Menurut dia, kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan stresor yang meracuni kesehatan mental, misalnya karena tidak bisa memastikan keamanan stok makanan dan ketidakmampuan untuk membayar tagihan mereka.

"Hilangnya pekerjaan berarti hilang juga pendapatan yang bisa berujung hilangnya hubungan sosial. Anda kehilangan identitas apa pun yang terkait dengan pekerjaan Anda," kata Ken Yeager, seperti dilansir Business Insider.

Baca Juga: Hari Minggu Ini Di Jabar Umumnya Hujan, Hati-hati BMKG Peringatkan Ini!

Sama seperti pakar kesehatan lain, Koenen juga menyarankan Anda melakukan hal positif untuk membantu kesehatan mental Anda, misalnya seperti berjalan-jalan di taman atau bermeditasi.

Asisten profesor psikiatri di Washington University, Jessica Gold merekomendasikan Anda berolahraga, melakukan latihan pernapasan atau apa pun yang bisa Anda lakukan untuk bersantai meskipun hanya sesaat.

"Anda benar-benar perlu mencari tahu apa yang menenangkan," tutur dia.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Healthline Business Insider Antara

Tags

Terkini

Terpopuler